Debut Cream
February 05, 2011Oke, postingan kali ini agak sedikit narsis dan norak, huahaha. Tapi biarlah, sekali-kali jadi alay kan gak ada salahnya.
Jeeng, jeng, jeng, jeng! Akhirnya Cream terbit. Cream ini adalah hasil kerja SS JoerV, ekskul jurnalis di sekolahku. Di kepanitiannya aku jadi Sie Dana. Sempet syok dan males juga, tapi apa boleh buat. Berbekal proposal, aku harus dapet uang 375.000 dalam lima hari. Ngeeeeng, yawes akhirnya tak sebarin proposal itu ke beberapa anak. Alhamdulillah, dapet 350.000. Anggaran ketutup.
Selain itu, CERPENKU DIMUAT xD
Pertama kali waktu ada SMS dari ketua kelas tentang pengumpulan cerpen yang maksimal satu lembar, tak cuekin aja. Gak lama kemudian Ester SMS, ngedukung aku buat ngirimin Refleksi Hujan.
“Tapi cerpenku kan enam halaman ter, gimana bisa jadi satu --“
“Bisa Cik, font-nya dikecilin sama dijadiin dua kolom. Terus bolak balik, kan mintanya satu lembar bukan satu halaman.”
Taraaa, akhirnya tak utek-utek cerpenku itu, edit sana, potong sini. Satu lembar itu akhirnya jadi, dengan merelakan pembuangan separuh cerita. Ku serahkan satu lembar bolak-balik yang penuh dengan kelicikan itu kepada Wilda dalam bentuk hard-copy. Nasiiib. Beberapa hari kemudian, aku dikonfirmasi Wilda buat ngumpulin soft-copynya, ambu-ambu tembus Cream. Tembus ternyata emang tembus, tapi njaluk tulung lagi. Setelah diliat-liat Mbak Meutia, cerpen yang sudah cacat dari cerita aslinya itu harus dieksekusi lagi separuh. Sempet kepikiran mau narik aja, gak jadi daripada harus dipotong-potong gitu. Tapi akhirnya ku ikhlaskan saja.
Setelah tak lihat dalam terbitannya, ada paragraf yang jadi cacat penulisannya. Ada pengulangan kalimat dan seharusnya lirik lagu Ipang jadi paragraf tersendiri dan di-Italic......... Terus ternyata font-nya segede gitu. Menurutku kan bisa dikeciliin, muatlah enam halaman MS Word dalam font 14 ke dua halaman cream.
Over all sih, seneng juga bisa dimuat sama diapresiasi anak-anak Smala. Banu, Mas Odi, Ester, Mas Bondet, Imas, semuanya bikin besar kepala, hehehe. Belum kutunjukin ayahku, malu ceritanya cacat, hehe. Nanti aja kalo dimuat di Jawapos, doain ya =)) Semoga dengan awal ini, aku bisa nulis lagi cerita yang lebih berbobot. Gak melulu cinta-cintaan. Terus lama-lama bisa nulis cerpen sastra-karya ilmiah sosial kaya ayah, amiin.
Sekian kenarsisan saya, harap maklum adanya. *Isin*
CHIKIANWAR.
0 komentar