TEMAN SEJATI
February 07, 2011......
Mengapa pertemuan macam ini diperlukan?
Bukan sekedar mau menggosip, bukan hanya ingin mencari peluang bisnis, atau hanya sekedar mau melepas rindu, tetapi belajar melatih menjadi manusia yang lebih toleran. Menyediakan waktu, misalnya. Saya sampai bertanya sudah berapa lama saya tak bisa menyediakan waktu untuk orang lain, untuk orang yang tidak memberi saya apa-apa? Karena selama ini, saya selalu menyediakan waktu bagi mereka yang bisa membuat pemasukan saya semakin besar.
Kapan terakhir kali saya memberi telinga yang diberikan Sang Pencipta untuk mendengar cerita riang gembira atau yang membuat dahi berkerut dan jantung berdetak kencang sehingga seseorang itu bisa merasa kalau perasaan hatinya bisa tersalurkan? Kapan terakhir kali lubang telinga saya bisa berfungsi dengan baik sehingga seseorang mampu melepaskan tekanan batinnya meski sejenak saja?
Malam itu saya belajar, saya tak bisa menjadi begitu egoisnya untuk tidak bisa hadir atau tidak menyediakan waktu yang hanya satu bulan sekali itu. Kalau saya menjadi begitu bahagia, itu karena mereka memutuskan menyediakan waktu di tengah Jakarta yang begitu macetnya, di tengah sejuta tetek bengek yang mereka hadapi. Maka, giliran saya untuk berpikir memasukkan jadwal pertemuan bulan depan ke dalam agenda. Tak ada alasan apa pun, kecuali saya game over.
Pertemanan itu adalah sebuah pusat pelatihan untuk mengerti sesama manusia, sebagai pusat kesabaran untuk melatih mendengar, dan pusat kebugaran jiwa karena selain bisa tertawa tergelak dengan teman yang jauh lebih dahulu mengenali saya sebelum mengenal kekasih hati.
Maka, hidup itu akan selalu menjadi begitu menyenagkan kalau saya memiliki teman, terutama teman yang seperti sebuah perjanjian pernikahan. Setia sampai mati. Bersama berduka, bersama bersuka.
reblog from Samuel Mulia
Kompas. Minggu 6 Februari 2011.
0 komentar