friends vs strangers
December 27, 2010Pernahkah terpikirkan bagaimana seorang teman bisa menjadi orang yang asing buat kita, dan bagaimana orang yang asing justru bisa menjadi teman baik?
Saya sendiri pernah mengalaminya beberapa kali. Ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar, saya memiliki beberapa teman dekat. Kami selalu melakukan semua kegiatan bersama-sama. Makan di kantin, bermain saat jam istirahat, hingga duduk berdampingan di bus saat sedang study tour. Lulus SD, kami dipertemukan lagi di SMP yang sama, namun beda kelas. Lama kelamaan, kami berkenalan dengan teman-teman baru, hingga tidak lagi melakukan aktifitas bersama-sama.
Begitu pula ketika saya masuk SMA dan kuliah. Yang tadinya saya memiliki peer group yang beranggotakan 6 hingga 8 orang, pada akhirnya saya hanya dekat dengan salah satu orang saja. Itulah “klik” saya. Orang terdekat, sahabat, tempat saya berbagi cerita, senang, sedih, marah, dialah yang paling tahu tentang saya. Kadang saya masih berusaha menghubungi teman-teman saya yang lain (selain klik), peer group saya jaman sma atau kuliah, mengajak mereka bertemu cuma untuk sekadar bercerita dan mengetahui berita terbaru dari mereka. Tapi, selalu saja ada alasan mereka yang membuat kita tidak bisa bertemu. Sibuk ini, itu, nggak ada uang, malas jalan-jalan bahkan ada yang mengiyakan kemudian tiba-tiba membatalkan janji. Saya bingung, apa mereka sudah tidak menganggap saya sebagai seorang sahabat? Begitu cepatkah seseorang melupakan teman atau sahabat, yang telah melewatkan banyak hal bersama-sama?
Ketika saya bertemu pun rasanya kini makin asing dengan mereka. Karena saya tidak bisa cerita sebebas dulu, atau sudah terlalu banyak hal yang saya lewatkan sehingga mereka tidak lagi tahu apa saja perubahan saya. Dan saya pun tidak tahu apa saja perubahan yang terjadi dengan diri mereka, siapa teman-teman baru mereka, dan lainnya. Baru-baru ini, saya mendengar kabar tentang seorang teman, yang dulu masih satu peer dengan saya. Kabarnya, gaya hidup dia sekarang berubah, mulai dari merokok, doyan clubbing, minum, hingga yang paling parah narkoba. Sungguh jika berita itu benar, saya ikut sedih, kalau seorang teman berubah ke arah negatif dan saya tidak tahu-menahu mengenai hal itu. Yang lebih menyedihkan lagi, saya tidak bisa berbuat apa-apa.
Saya rasa hidup memang seperti itu, hidup orang berubah dan selalu ada seleksi alam. Dari proses seleksi itu, akhirnya hanya ada beberapa orang yang masih dekat dengan kita, sedangkan yang lainnya menjauh perlahan-lahan. Beruntung saya masih punya sahabat yang selalu ada setiap saya butuhkan, karena saya juga selalu ada untuknya. Dan mudah-mudahan, mengingat tidak ada yang abadi di dunia ini, saya ingin tetap menjadi sahabatnya hingga nanti.
reblogged from bluestellar.wordpress.com
0 komentar