GALAUERS.
January 25, 2011Aku rasa sejak masuk SMA, hari-hari terus menjadi salah satu momen terburuk dalam hidupku. Semakin lama aku berpikir, pantas kah saya jadi siswa SMA 5 Surabaya? Terus terang aku merasa bodoh, merasa kecil disana. Mungkin kalau tidak karena doa ayah-ibu di depan Ka’bah aku tidak sedang berada disini? Tapi bukankah semua yang aku dapat sekarang sudah dijalankan oleh Allah? Lalu mengapa aku begini, pantaskah aku mengeluh? Mungkin tidak. Aku tahu kalau jawabannya memang selalu tidak.
Entah ini karena kelabilanku atau bagaimana, tapi aku sendiri juga merasakan kalau diriku, semangatku, gairahku pada buku, angka, dan hafalan semakin tergerus. Penyakit ini semakin lama semakin akut. Aku sedih, tapi aku juga tak bisa melawan. Padahal aku tidak lemah. Orang bilang, kemalasan dan keterpurukan dikarenakan bahwa kita belum mempunyai tujuan yang pasti. Apa maksudnya? Aku juga tidak tahu. Memang sekarang, aku merasa hidupku terombang-ambing. Bagai awak kapa yang beum menemukan daratan. Aku dikendalikan oleh ombak dan angin, padahal aku tahu kalau aku mengambil alih kemudi, aku bisa mencapai daratan. Ah, mongseng.
Mungkin aku ingin jadi dokter. Tapi setelah orangtua sering membicarakan berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk masuk ke fakultas kedokteran, setelah ibu melihatkan surat pembaca tentang biaya fakultas kedokteran, aku tahu mereka berusaha mengisyaratkan “jangan kedokteran”. Ya sudahlah, lagipula aku juga tidak begitu yakin. Sekarang aku mungkin ingin ke STAN, HI UI, atau ingin jadi ahli gizi, tapi, entahlah.
Kata orang dewasa, mbak mas yang sudah kuliah, atau di kelas duabelas, masa yang sedang saya jalani adalah masa-masa labil. Ya, mungkin benar. Tapi aku tidak suka dengan keadaan ini. Saking tidak sukanya sampai-sampai aku sendiri tidak bisa menggambarkan perasaanku yang sebenarnya. Mungkin seharusnya aku yang harus melawan hidup ini, melawan kelemahanku? Ya kan?
ENTAHLAH.
#abaikan
Chikianwar.
1 komentar