Participating as Volunteer on Ubud Writers and Readers Festival 2016

December 04, 2016

Welcome dance UWRF 2016 // source

Bagi siapapun yang gemar membaca, menulis dan mencintai dunia sastra, Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) pasti tidak asing di telinga. Digelar pertama kali pada 2003, satu tahun pasca Bom Bali, UWRF menjadi salah satu festival kesusastraan dan kesenian bergengsi di Asia Tenggara. Pendiri UWRF adalah seorang perempuan dari Australia bernama Janet De Nefee (Read: Melbourne Woman Behind the Ubud Writers and Readers Festival) yang telah lama menetap di Ubud.

Sejak SD, aku telah mengetahui UWRF dari Majalah Bobo. Waktu itu, Bobo mengadakan sayembara berhadiah tiket UWRF. I didn’t know exactly what it was at that time, but it sounds cool! Barulah saat kuliah, aku tahu bahwa UWRF membuka kesempatan untuk berpartisipasi sebagai volunteer. Hal ini aku ketahui dari temanku, Eca, yang terlebih dahulu berhasil menjadi volunteer UWRF pada 2015. Aku masih ingat perasaan iri saat mendengar kabar bahwa Eca izin kuliah untuk mengikuti UWRF. Ketika ia pulang, aku langsung semangat bertanya mengenai bagaimana ia bisa jadi volunteer, bagaimana acaranya berlangsung, bagaimana akomodasinya dll. Salah satu jawaban Eca yang paling kuingat adalah “Semua penulis-penulis terkenal pada seliweran, Chik”. Wow, I promise that I should apply for the next UWRF.

Pendaftaran Volunteer UWRF 2016 dibuka pada awal September. Pendaftar diwajibkan untuk mengisi form pertanyaan seputar data diri, pengalaman volunteer dan motivasi dalam bahasa Inggris. Thanks to my significant other who help me to correct my motivation letter so it sounds amazing. Karenanya, aku cukup yakin akan diterima. Tapi ketika akhirnya benar-benar mendapat kabar tersebut, aku masih tidak bisa menahan diri untuk mencak-mencak kegirangan.

For your information, ada banyak sekali pilihan divisi atau area yang bisa dipilih di antaranya writer liaison, book launch, children youth program, art/free event, media centre, MC, workshop, dll. (Read: Ubud Writers And Readers Festival Volunteer Information Sheet). Pendaftar mempunyai dua pilihan area, tapi tidak menutup kemungkinan setelah diterima akan ditempatkan di area yang berbeda. Pada waktu itu, aku mendaftar di area national media center dan national writer liaison. Ketika mendapatkan konfirmasi diterima sebagai volunteer, masih belum ada kepastian apakah aku akan bertugas di area yang aku inginkan. Barulah beberapa hari kemudian, koordinator volunteer mengabari bahwa area pilihanku sudah penuh. Aku kemudian ditawari untuk pindah ke area main program sebagai reception.

Jujur, kabar tersebut sempat menggoyahkan niatku untuk berangkat ke Ubud. Ketika aku membaca kembali detail jobdesk reception, tugasnya terlihat sepele. Bukan bermaksud menyepelekan teman-teman di area main reception, tapi salah satu tujuan utamaku menjadi volunteer UWRF adalah memperoleh pembelajaran sesuai bidang yang aku tekuni. Melalui area media center aku bisa belajar mengenai hubungan media, sementara dari writer liaison aku bisa belajar kepenulisan atau setidaknya bertemu dengan penulis-penulis favoritku. Mengingat menjadi volunteer UWRF tidak serba gratis (biaya transportasi dan penginapan ditanggung seluruhnya oleh volunteer), aku berpikir apakah materi, tenaga dan waktu yang aku sisihkan akan sebanding jika aku berangkat sebagai volunteer area main program.

Setelah menimbang-nimbang, akhirnya aku tetap memutuskan untuk berangkat. It’s still UWRF anyway dan ini baru tahun pertamaku. Lebih lanjut, aku beruntung bisa ditugaskan di venue utama tempat sesi-sesi bertopik menarik diadakan. Dengan tugas yang tidak terlalu merepotkan, aku jadi bisa ikut fokus dan menyimak jalannya diskusi. Begitu pertimbanganku saat itu. And I don’t regret my choice.

(to be continue)

You Might Also Like

0 komentar

Subscribe