Kalau saya suka musik dangdut, emang kenapa?
March 26, 2012Ketika itu saya sedang menghadiri kelas EF bersama dua orang lain dan seorang guru baru bernama Mr. Arif. Karena baru pertama kali masuk dan berhubung murid yang datang cuma tiga, materi sore itu hanya simple debate dan perkenalan. Mr. Arif termasuk guru yang gaul (--a) jadinya beliau cepat mengakrabkan diri dengan kami.
Lalu beliau menyuruh kami untuk membuat list "5 things I can't live without" untuk kemudian dijadikan bahan obrolan, maka saya pun menulis berturut-turut: God, Family, Friends, School, Music. Ketika ditanya alasan saya menulis empat kalimat urutan pertama ya biasalah mongseng-mongseng dikit. Nah, ketika beliau mulai tanya hal kelima yang saya tulis, sekiranya hal ini yang paling berbekas dalam ingatan saya.
Setelah berbicara kenapa saya menulis hal itu, beliau bertanya
"So, what kind of music do you like?"
"I like everything. Pop, jazz, rock etc. As long as it's easy listening and didn't hurt my ears."
"So do you like dangdut??"
"Of course!" spontan.
Dan lalu beliau menatapku dengan menahan ketawa, dan begitu pula kedua temanku. Dan saya tidak menemukan alasan mengapa mereka bersikap begitu.
"I think everyone in Indonesia must proud of it, because that's the music of our country." ujar saya membela diri.
"Yeah, you're a good teenager Chiki."
***
Belakangan saya menemukan alasan atas sikap mereka yang sedemikian rupanya, lebih tepatnya menyadari. Di mata saya musik dangdut itu yaa nggak ada yang ganjil. Yang terlintas di benak saya ketika ditanya waktu itu muncullah lagu dangdut seperti Kopi Dangdut, Terajana, Zapin, Lagu-lagunya Meggy Z, Rhoma Irama, dan lagu dangdut berirama melayu yang masih orisinil.
Mungkin kalau anda menyaksikan siaran dangdut di stasiun lokal, atau melihat konser-konser dangdut di kampung anda semuanya sudah berbeda ya. Dan itu yang baru saya sadari. Dangdut sekarang dan dangdut dulu sudah sangat berbeda sekali. Kalau dulu, pada masa keemasannya, dangdut masih dinyanyikan dengan lembut dan dengan seorang figur berpakaian anggun sembari bergoyang kecil dengan anggun pula.
Sekarang?
Ya tidak menutup mata dangdut-dangdut klasik semacam itu masih ada, kadang disiarkan di beberapa stasiun tv swasta. Tapi tidak menutup mata pula jenis ada musik "dangdut baru" yang lebih digandrungi. Ya, dangdut... apa lah itu namanya. Dengan musik yang sudah dimodifikasi dengan pukulan drum, techno remix, serta penyanyi-penyanyi perempuan muda semlohai yang berdandan sedemikian rupa disertai dengan pakaian ketat yang menempel di badan. Oh tak lupa pula goyangan-goyangan yang "ehem-ehem", tau kaan? yang menggoncangkan dunia. Dan tak ketinggalan pula teriakan-teriakan penambah semangatnya yang menggelegar, "Surabaya digoyaaang!!" Wow.
Oke perubahan memang selalu terjadi. Tapi sedih juga ya nggak sih, kalau orang-orang perlahan-lahan sudah mulai men-judge kalau dangdut itu ya musik yang begitu itu.
So, what do you think?
2 komentar