What's So Good About Gili
February 27, 2016Dibandingkan dengan sunset, saya dan Ve jauh lebih menikmati
pengalaman sunrise. Walaupun lelah luar biasa, kami sanggup bangun pagi, cuci
muka, dan kemudian mengayuh sepeda menuju spot sunrise favorit kami di dekat
dermaga.
Memandang matahari yang perlahan naik terasa seperti magis.
Suasana sekitar yang awalnya gelap, perlahan meremang keemasan. Kami duduk terbengong
sambil bersandar pada kaca etalase toko minuman beralkohol di tepi pantai.
Sesekali kami turun ke pantai dan memunguti pecahan batu karang. Di kejauhan
kami dapat melihat Pulau Lombok membentuk bukit-bukit hijau yang diselimuti
kabut.
Snorkeling juga menjadi salah satu pengalaman paling menyenangkan selama berada di Gili Trawangan. Rata-rata paket snorkeling ditawarkan seratus hingga seratus lima puluh ribu rupiah. Setelah berputar-putar, saya dan Ve berhasil mendapatkan harga termurah yaitu delapan puluh rupiah. Sebenarnya semua jasa yang menawarkan snorkeling di Gili Trawangan sama saja, ujung-ujungnya akan dijadikan satu. Jadi, pintar-pintar saja cari harga yang paling murah.
Snorkeling juga menjadi salah satu pengalaman paling menyenangkan selama berada di Gili Trawangan. Rata-rata paket snorkeling ditawarkan seratus hingga seratus lima puluh ribu rupiah. Setelah berputar-putar, saya dan Ve berhasil mendapatkan harga termurah yaitu delapan puluh rupiah. Sebenarnya semua jasa yang menawarkan snorkeling di Gili Trawangan sama saja, ujung-ujungnya akan dijadikan satu. Jadi, pintar-pintar saja cari harga yang paling murah.
Berhubung ini pengalaman pertama, saya sangat excited sekali
pakai banget! Perahu yang kami tumpangi memuat kurang lebih tiga puluh orang,
separuh wisatawan lokal dan separuh wisatawan mancanegara. Bagian dasar perahu
dilengkapi dengan kaca yang memungkinkan kami untuk melihat pemandangan terumbu
karang dan ikan-ikan ketika laut tidak cukup dalam. Akhirnya, kami dijeburkan
ke spot-spot di sekitar Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air. Walaupun
terumbu karangnya (menurut saya) tidak cukup bagus, pemandangan yang saya lihat
tetap membuat saya terkagum. Relief kedalaman laut di bawah saya sukses bikin
deg-degan. Saya menyaksikan terumbu karang yang sangat besar dikelilingi oleh
berbagai macam ikan. Pemandangan macam apakah ini, sungguh menggetarkan hati,
ujar saya dalam hati #oposeh. Di spot lain, saya benar-benar dikelilingi oleh
ikan-ikan bergaris hitam dan kuning yang berlomba memakan remah-remah roti.
Saya berenang-renang sembari mencoba menangkap ikan-ikan tersebut. Lucu sekali
rasanya, so kewl!
Selama snorkeling, saya menggunakan pelampung. Sementara
bule-bule yang lain langsung berenang begitu saja, bahkan mereka leluasa
menyelam. Kalau saya dibuang ke laut dalam keadaan tanpa pelampung, dijamin,
sudah pasti akan tenggelam. Asyiknya, saya bisa leluasa menyaksikan badan-badan
hot dudes yang berenang-renang tepat di bawah saya. Ingin rasanya kupeluk
punggungmu dari atas, Mas. Sungguh pemandangan yang lebih indah daripada
ikan-ikan di sekitar saya. Sukses gagal fokus :’)
Menurut saya snorkeling cukup aman. Toh, rasanya saya belum pernah mendengar ada orang yang meninggal akibat snorkeling. Tapi, bagi kalian yang sama sekali belum bisa berenang, kadang dilepas di tengah laut bisa cukup membuat panik. Hal ini dialami sendiri oleh Ve. Ia merasa ada gangguan di alatnya lalu ia gugup, menelan air laut, panik dan akhirnya justru tidak bisa menikmati pengalaman snorkeling pertamanya. Apalagi waktu itu tidak ada pemandu pribadi yang benar-benar menuntun kami. Sebagian besar kru tetap berada di atas kapal. Akhirnya ketika Ve berada cukup jauh dari kapal, dia sangat panik karena merasa badannya terus terdorong arus dan makin menjauhi kapal. Alhasil, saya harus mendorong dan menyeret Ve yang histeris untuk mendekati kapal.
Sebenarnya kunci paling utama adalah tenang. Jika ada
gangguan alat, tegaklah sebentar, benarkan alat sampai terasa normal dan
kembalilah berenang-renang. Jikalau kita berenang terlalu jauh dari kapal,
santai saja karena kru kapal akan menjemput kita. Snorkling tersebut berlangsung
dari pukul sembilan pagi hingga tiga sore. Kami beristirahat selama satu jam di
Gili Air. Saya dan Ve memanfaatkan waktu tersebut untuk berkeliling sembari
makan gelato.
Anyway, ada hal yang menarik ketika saya membandingkan wisatawan lokal dan mancanegara selama snorkeling tersebut. Waktu itu, wisatawan lokal yang ada sangat terlihat repot dengan barang bawaan, gadget, dan bekal. Sementara itu, para bule hanya bermodalkan bikini, satu botol air mineral dingin untuk bersama, dan kacamata hitam. Selama di atas perahu, ibu-ibu sibuk ber-selfie. Sementara para bule lebih banyak menghabiskan waktu untuk melihat pemandangan dan sesekali bercakap.
Snorkeling was the best experience, I love it so much! Kurang puas! Semoga saja bisa snorkeling lagi di tempat yang lebih indah!
(to be continue)
0 komentar