What's Not So Good About Gili
February 25, 2016
Mungkin, pengalaman paling tidak menyenangkan yang saya
rasakan selama berada di Gili adalah catcalls. Karenanya kegiatan jalan-jalan
kami menyusuri pulau, utamanya Gili Trawangan, jadi terasa kurang nyaman.
Bagaimana tidak, setiap gerombolan penduduk laki-laki di depan café atau bar selalu
iseng menggoda.
![]() |
Read this piece of opinion about catcalling on Magdalene |
Lucunya, karena penampakan Ve yang menggunakan hijab, kami banyak menerima godaan berupa salam. Setiap kami lewat, mereka selalu menyahut “Assalammualaikum” diikuti dengan komentar iseng lainnya. Pada awalnya Ve masih menjawab salam dengan lamat-lamat. Tapi, setelah berjalan cukup jauh sembari terus-menerus menerima godaan dari para laki-laki kurang kerjaan, saya dan Ve sama-sama jengah. Kami mendiamkan mereka.
Merasa tidak dihiraukan, beberapa mulut catcalls semakin
kurang ajar. Ada salah satu dari mereka yang berujar, “Astaghfirullah, Mbak.
Kok nggak dijawab salamnya, masyaAllah! Kafir ya, Mbak?!”. Rasanya saya ingin
sekali menjejalkan mulut mereka dengan pasir pantai. Suatu ketika saya tidak
bisa menahan rasa kesal sehingga saya menyentak “Apasih?!” sembari berlalu. Mereka
memang langsung diam tapi seketika saya justru ditegur Ve. Dia bilang kalau “Ini
bukan tempat kita, Chik” dan menyarankan kami untuk tetap diam saja. Ya, memang
benar pulau itu tempat mereka. Pun, mereka seharusnya tahu cara menyambut wisatawan
dengan baik. Akhirnya, setiap ada catcalls yang iseng menggoda, instead of
pura-pura tidak dengar, saya beranikan diri untuk menatap tajam gerombolan
pengecut tersebut.
Di antara wisatawan asing yang hanya mengenakan kolor,
bikini dan pakaian mini lainnya, memang penampakan hijab Ve cukup mencolok. Sementara
para bule melenggang dengan santainya, Ve justru banyak mendapatkan “Assalammualaikum”.
Menjadi minoritas lucu juga ya rasanya.
Hal lain yang tidak menyenangkan adalah kenyataan bahwa
Pulau Gili penuh dengan sampah. Ketika berjalan-jalan di tepi pantai, saya
selalu mendapati satu garis damparan sampah. Isinya beragam mulai dari botol kaca,
sandal dan mayoritas plastik. Tak hanya di tepi pantai, hamparan sampah juga
saya temukan di beberapa spot selama perjalanan snorkeling. Begitu pula ketika
menyusuri jalanan Gili Trawangan saat pagi hari, botol bir bergeletakan di
mana-mana. Sedih sekali melihatnya. Hah, mungkin orang-orang kebanyakan mabuk
dan lupa membuang sampah dengan tertib.
0 komentar