This Semester Essentials

January 23, 2016

Akhirnya semester yang melelahkan sekaligus menjemukan ini berakhir juga. Pada semester lima ini, saya mempelajari banyak hal yang belum saya ketahui sebelumnya, contohnya program siaran radio dan sinematografi. 


Entah kenapa saya lebih menikmati semester empat, walaupun semester kemarin tidak pula dapat dikatakan santai. Mungkin karena banyak pekerjaan dilakukan secara berkelompok. Walaupun saya tidak pernah menggampangkan pekerjaan kelompok, rasanya saya lebih suka bekerja secara individu. (Iya, anaknya memang individu). 

Pada semester ini, saya belajar cukup banyak mengenai film. Pertama, saya iseng-iseng ikut  produksi dengan adek-adek Kine Komunikasi. Pada waktu itu, saya membantu sebagai script continuer film “Kembali Pulang” yang dibuat dalam rangka mengikuti lomba Jogja River Week.

 

Pada mata kuliah Sinematografi, secara berkelompok kami diminta untuk merancang film dokumenter. Film kami, The Clicking Monkeys, bercerita mengenai maraknya informasi bohong (hoax) yang tersebar di masyarakat. Fenomena ini terjadi karena informasi yang tersedia begitu melimpah namun masyarakat tidak memiliki kemampuan untuk memilih, memilah, dan memverifikasi informasi. Akibat minimnya tingkat literasi media, masyarakat seringkali menyebarkan informasi yang belum jelas kebenarannya lewat grup chatting atau media sosial yang lain. Walaupun data dan hasil wawancara dengan narasumber sudah terkumpul, sayangnya kami tidak melakukan pengambilan gambar. Jadi, pada mata kuliah sinematografi tersebut kami hanya belajar bagaimana membuat sinopsis, treatment, shooting script dan story board. Syukurlah, akhirnya kelompok saya mendapatkan nilai yang memuaskan.  


Salah satu mata kuliah yang menjadi favorit saya di semester ini adalah Sosiologi Budaya. Mata kuliah jurusan sosiologi ini banyak membicarakan cultural studies dan popular culture. Sejak awal saya sudah memiliki ketertarikan pada topik-topik Sosiologi. Dosen-dosennya pun juga menyenangkan! Pada waktu UAS, kami diwajibkan untuk membuat film dokumenter berdurasi lima belas menit. Syukurnya, teman-teman satu kelompok saya sangat bersemangat dan suportif. Walaupun mayoritas kelompok kami berasal dari jurusan komunikasi, film dokumenter “Di Balik Sekat Hunian Vertikal” kami berhasil menjadi film terbaik. 


Ada satu kejadian tidak terlupakan selama menggarap film tersebut. Pada waktu itu, saya dan Nenek (Amalia) hendak berangkat menuju Apartemen Mataram City di Jalan Palagan. Ketika berhenti di simpang empat Ring Road Utara, tiba-tiba seorang bapak-bapak memberikan satu kantong plastik besar berisi buah salak. Langsung diletakkan begitu saja di pangkuan Nenek yang sedang saya bonceng! Kami spontan bingung, “Ini bapak-bapak ngapain?! Apa ini?!”. Bapak itu kemudian mencoba menghindar dengan memajukan motornya, kami mengikuti sambil bertanya “Bapak, ini apa??! Kenapa dikasih ke kami?!!”. Eh, Bapaknya cuma senyum-senyum sambil berkata “Nggak apa-apa, Mbak. Buat Mbak aja”, lalu beliau menghindar lagi. Alhasil sepanjang perjalanan, saya dan Nenek cuma bisa tertawa sambil mencerna apa maksud semesta memberikan satu kantong plastik salak ini. Hahaha.  

Selain itu kami juga dipaksa untuk membuat sebuah program radio berdurasi satu jam. Kelompok saya membuat program anak-anak dengan saya sebagai penyiarnya. I was like, OMG, I hate children! I’m bad at speaking! Setelah mendengarkan hasil siaran, saya merasa fake banget karena suara saya begitu imut (dan fake). Beban semester ini juga ditambah dengan produksi media cetak yang mewajibkan kami membuat empat edisi majalah dalam waktu dua bulan secara berkelompok. Kemudian masih ada fotografi jurnalistik dan berjuta-juta presentasi lainnya. It was a hellish semester I didn’t enjoy any of it. I was like a mess. But I have tried my best.

Secara mengejutkan, hasil nilai semester lima jauh lebih bagus daripada semester-empat-yang-begitu-passionate itu. Puji Tuhan, Alhamdulillah.

You Might Also Like

0 komentar

Subscribe