Suatu Siang di Kedai Kolondjono
September 10, 2014
Dan aku diam-diam
bersyukur tak lepas kontrol pada perdebatan kita kemarin malam
Kamu masih di
sini, kita masih di sini, duduk berdampingan di Kolondjono yang baru buka
beberapa menit yang lalu
Gelisah
karena menu sarapanmu dan makan siangku belum juga tersaji di hadapan
Lalu kita
bersama memandangi bola mata masing-masing
Bias cahaya
dari jendala di samping secara tidak sopan menyorot mataku
Memperjelas
warna irisku yang coklat muda
Dan entah
untuk kesekian kalinya, kamu tetap terheran-heran mengaguminya, walaupun iris matamu juga berwarna serupa
Nampaknya
rasa lapar ini telah memaksa kita menikmati satu sama lain ya?
Lalu kita
bercerita macam-macam, aku tertawa dan sesekali menimpali ceritamu dengan
cerita lain
Tak ada yang
spesial, namun siang itu sungguh aku merasa nyaman
Pada matamu
yang tetap selalu teduh memandangku
Pada
celotehmu tentang dunia, tentang fakta, dan tentang hal-hal yang belum pernah
kuketahui sebelumnya, yang tak pernah gagal membuatku kagum padamu
Pada pujian-pujian
manismu yang jarang-jarang, namun tetap selalu bisa membuatku tersipu
Pada kamu yang
duduk di sampingku, yang tetap berhasil membangkitkan tawa renyahku
0 komentar