MONAZITE (mozaik satu)

July 01, 2011

Terdengar tawa renyah. Tampaknya aku mulai gila.

Lelaki itu duduk di hadapanku, di hamparan rumput Tugu Pahlawan Surabaya. Hanya duduk dalam diam, perlahan-lahan senyumnya mengembang. Aku terus memperhatikan wajahnya, terutama matanya dengan iris berwarna coklat menatapku dengan jenaka. Tampak pupil matanya membesar. Hidungnya dikembang-kempiskan dan ia menjulingkan bola matanya, berusaha mengajakku tertawa.

Dasar bodoh, aku menjambak rambutnya. Berusaha sekuat tenaga meninju-ninju lengannya dan berharap pukulanku cukup menyakitkan. Dia diam, menungguku selesai melakukan apa yang sedang aku lakukan. Tampaknya ia marah sehingga aku menarik tanganku darinya, aku tertawa garing berharap ia ikut tertawa pula. Tatapan matanya membunuhku. Jengkel juga diriku, tak menyangka ia akan marah hanya karena hal sepele macam itu, terlalu lemahkah dia? Atau terlalu kasarkah pukulanku? Aku menundukkan kepala, memandangi rumput-rumput hijau yang berusaha aku cabuti dari tanah.

Canggung.

Perlahan-lahan kudengar suara tertawanya yang berusaha ditahan-tahan. Tepat sebelum aku mengalihkan pandanganku ke wajahnya, ia menarik sandal yang kukenakan lalu melemparnya jauh-jauh. Gila. Ia kemudian berlari ke arah pintu keluar sambil berteriak terkekeh-kekeh “Ayo pulaaaaaang!”

Aku tertawa canggung, dan bermalas-malasan mengambil sandalku nun jauh di seberang.


Berandal, batinku dalam hati.   

You Might Also Like

0 komentar

Subscribe