It's MPN Baby!
May 25, 2014Tulisan berikut adalah laporan field trip Komunikasi UGM ke Monumen Pers Nasional, Surakarta pada tanggal 12 Mei 2014.
All photos are credited to http://mpn.kominfo.go.id/, due to my stupidity to bring no camera that day.
Memasuki gedung Utama Monumen Pers Nasional kita akan disambut oleh patung sepuluh tokoh perintis pers di Indonesia. Berbagai koleksi seperti surat kabar kuno, diorama, dan pemancar radio menghiasi ruangan ini. Di gedung sebelah kiri, kita akan dihadapkan dengan berbagai mesin-mesin cetak surat kabar tempo dulu serta berbagai barang peninggalan tokoh-tokoh pers Indonesia seperti Hendro Subroto (wartawan perang TVRI yang tertembak meliput pertempuran Timor Timur), Fuad Muhammad Syafruddin / Udin (kritikus pemerinah Orde Baru dan wartawan Harian Bernas yang meninggal dianiya orang tak dikenal), Trisno Yuwono (wartawan TVRI), dan lain-lain.
![]() |
credit |
Memasuki gedung Utama Monumen Pers Nasional kita akan disambut oleh patung sepuluh tokoh perintis pers di Indonesia. Berbagai koleksi seperti surat kabar kuno, diorama, dan pemancar radio menghiasi ruangan ini. Di gedung sebelah kiri, kita akan dihadapkan dengan berbagai mesin-mesin cetak surat kabar tempo dulu serta berbagai barang peninggalan tokoh-tokoh pers Indonesia seperti Hendro Subroto (wartawan perang TVRI yang tertembak meliput pertempuran Timor Timur), Fuad Muhammad Syafruddin / Udin (kritikus pemerinah Orde Baru dan wartawan Harian Bernas yang meninggal dianiya orang tak dikenal), Trisno Yuwono (wartawan TVRI), dan lain-lain.
Beralih ke lantai dua, kita akan disuguhi berbagai koleksi
buku dari perpustakaan Monumen Pers Nasional. Keberadaannya seakan menegaskan
bahwa Monumen Pers Nasional tak ingin sekedar menjadi sebuah museum biasa. Ia
turut berperan sebagai agen media literasi bagi masyarakat melalui koleksi-koleksi
bukunya yang dikelola dengan baik. Berbagai jenis buku dari dokumen langka
seperti Serat Centhini, buku-buku pengetahuan bertema umum, layanan internet, hingga
literatur mengenai media dan jurnalistik tersedia dalam ruangan perpustakaan
yang nyaman ini. Yang menarik, Monumen
Pers Nasional kini telah mendokumentasi dan mengkonversikan koleksi ribuan surat kabar dan
majalah Indonesia -dari masa awal kemerdekaan hingga sekarang- ke dalam bentuk
digital. Pengunjung pun dapat mengakses dokumen-dokumen ini melalui komputer touch screen berlayar lebar yang
terletak di ruangan sebelah perpustakaan.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa Monumen Pers Nasional adalah
jujukan yang tepat bagi siapapun yang ingin mengenal lebih dalam sejarah pers
di Indonesia. Bagi mahasiswa-mahasiswa yang berkutat dengan penulisan bertema jurnalistik,
tentu saja tempat ini merupakan sebuah surga sumber referensi yang tepat. Lebih
dari itu, Monumen Pers Nasional telah berperan besar dan terus memberikan
kontribusi bagi masyarakat umum serta dunia
pers dan jurnalistik di Indonesia.
0 komentar