cheerlayer
November 27, 2010
Salamolekom! Apa kabar saudara-saudarku tercinta? Pastinya sehat semua kan? Sip deh! Apa? Ada yang nggak sehat? Langsung saja pesan kapling di kuburan terdekat, ngehe, bercanda ding. Tenang saja, semuanya akan merasa sehat-sehat saja bersama saya, Dzikri Sabillah Anwar yang senantiasa menebarkan cinta kepada anda-anda sekalian sehingga bumi selalu aman damai sentosa dan sejahtera (apasiiiiiiih? abaikan.)
Wahai pembaca blogku yang budiman, saya baru saja tersadarkan bahwa saya belum menceritakan kepada anda tentang cheerliar. Cheerliar adalah salah satu event wajib terbesar di SMA Negeri 5 Surabaya. Dalam sistematika perlombaannya, cheerliar dilombakan antar gen (generasi.red). Biasanya cheerliar dilombakan dalam acara PHPRI (Peringatan Hari Proklamasi Republik Indonesia), namun khusus tahun ini bulan Agustus bertepatan dengan bulan suci ramadahan. Sehingga perlombaan cheerliar dijadikan satu dengan acara SmalaCup 13 (peringatan hari jadi smala).
Salah satu essensi dari lomba ini adalah menjadi ajang untuk membaur antar individu dari satu kelas tersebut dan tentunya satu generasi. Cheerliar bisa juga diartikan sebagai cheers-nya cowok. Ya, semua anak laki-laki diwajibkan utuk mengikuti acara ini. Tapi jangan salah, gerakan dan kostum pada cheerliar tidak dibuat “mbanceni”
Dibutuhkan keikhlasan dan kemauan serta perjuangan bagi para laki-laki untuk melakukan latihan setiap hari selama kurang lebih satu bulan. Dan untuk menyemangatinya, setiap perempuan bertindak sebagai satu PJ (penanggung jawab) untuk satu orang laki-laki. Nah, para perempuan ini mempunyai tugas untuk membuat dan merawat pom-pom, menemani, serta menyemangati para anggota cheerliar.
HERE WE GO, HERE WE GO, HERE WE GO AW AW AW.
Untuk genku, Djitoe, kita biasanya latihan di Taman Apsari sehabis pulang sekolah sampai jam tujuh. Mendekati hari H, kita jadi nomaden karena Taman Apsari tidak aman lagi karena ada preman-preman yang menggerumbul, kita ganti lokasi di rumahnya Mbak Anggy, Mas Romce, Askar, sama di deket rumah Mbendol.
Jadwal latihan yang setiap hari ditambah pulang male sempet ngebuat ayahku marah-marah tiap hari. Wes, setiap pulang ke rumah iku aurane gak wenak ngunu. Diseneni terus, didiemin, berasa gak dianggep anak. Walaupun setiap pulag aku msti nangis tapi ya tak bela-belain. Anak-anak yang lain juga pada ngorbanin lesnya demi cheerliar.
Walaupun sempet ada beberapa konflik selama prosenya. Aku salut banget sama anak-anak cowok. Nggak ngebayangin gimana capeknya mereka tiap hari, gimana mereka nyoba ikhlas nari-nari, gimana usaha mereka ngafalin gerakan-gerakannya.
Sampai pada akhirnya hari H tiba....
Djitoe dapet giliran nomer enam. Panas terik banget, dan asetboy tampil tanpa alas kaki. Uh. Mereka on fire banget. Walaupun pada akhirnya kita cuma dapet juara empat, aku tetep salut sama kita. Gara-gara cheerliar kita bisa jadi akrab, kita jadi tahu karakter satu sama lian. Jadi akrab sama mbak mas pirates dan kempit juga. Uh, speechless :”>
Here's it some photos, the making of pom-pom, latihan and the show :










“mungkin kalau tidak ada ajang cheerliar, kalian bisa jadi pribadi yang individualistis.” –pak pur
love, CHIKIANWAR
1 komentar