logika atau perasaan?
November 21, 2010
Q : “Mana yang akan lebih kamu pilih, melakukan/menuruti apa yag kamu rasakan atau yang kamu pikirkan?”
A: “Sebenarnya keduanya harus seimbang, tapi alangkah lebih baik jika kita menuruti sesuatu berdasarkan apa yang kita pikirkan daripada apa yang kita rasa. Agar hal itu lebih mudah diterima logika orang lain yang ada disekitar kita.”
-tes tulis pemilihan pengurus osis smp negeri 1 surabaya masbak. 2007/2008
Waktu aku menjawab hal itu, masih lugu, masih kelas tujuh smp.
Mungkin kalau aku bisa meralat lagi :
“Sebenarnya keadaan di dunia ini selalu menuntut keseimbangan antara logika dan hati. Tak mungkin jika kita benar-benar bisa melakukan sesuatu hanya berdasarkan ego kita, pastilah tidak semua orang mengerti dan sependapat dengan apa yang kita rasa. Begitupula demikian kita juga pasti tidak akan mampu murni melakukan sesuatu tanpa ada passion/keinginan dalam hati kita. Namun, seiring dengan perkembangan zaman yang semakin tidak waras, alangkah lebih baiknya jika kita menuruti kewarasan nurani dalam diri kita. Terkadang orang-orang rela mengorbankan perasaan mereka untuk hal yang sebenarnya juga tak bisa diterima oleh akal mereka. Kadang perasaan, kadang hati itu membutakan. Perasaan bisa diterjemahkan sebagai nafsu, tak ubahnya seperti seeokor binatang. Maka dari itu, sebagai seorang manusia yang dikaruniai pikiran, dikaruniai akal. Pertimbangkanlah segala sesuatu, pertama-tama dengan akal yang telah kita punya. Memikirkan segala kemungkinan yang terjadi dengan logika bening. Serta tetap membuka telinga, agar selaras dengan mata dan hati.”
0 komentar