Siriraj Medical Museum: A Silent Walk Between The Cadavers

January 10, 2017

Disclaimer: Tulisan ini memuat foto-foto yang mungkin sensitif bagi sebagian orang

Saat berada di Bangkok, saya sempat mendatangi rumah sakit. Bukan karena saya jatuh sakit, tapi memang salah satu tempat yang akan saya kunjungi adalah sebuah museum yang terletak di kompleks Siriraj Hospital, rumah sakit tertua dan terbesar di Thailand.

Setelah akhirnya menemukan gedung museum, saya segera mengikuti papan yang menunjukkan bahwa museum terletak di lantai tiga. Teman perjalanan saya, Maul, memilih untuk menunggu di lantai satu karena kurang tertarik mengeluarkan 300 baht untuk melihat mayat-mayat. Saya sampai ke lantai tiga yang sangat sepi dan berusaha mencari loket masuk. Tidak ada satu orang pun di lantai tersebut. Pasti sedang istirahat makan siang, pikir saya waktu itu. Saya mencoba masuk ke dalam, berharap bertemu petugas loket yang bisa menunjukkan letak ruang koleksi.

Langkah saya seketika terhenti begitu sadar bahwa saya sudah berada di tengah-tengah museum! Pada sebelah kiri dan kanan, saya disapa oleh bayi-bayi berbentuk ganjil yang mendiami kotak kaca berisi air. Ruangan di depan saya menunjukkan lebih banyak lagi anak-anak kecil dengan perut terbuka yang nampak tidur nyaman di dalam air. “Shit….,” umpat saya dalam hati. Menyadari bahwa saya adalah satu-satunya makhluk hidup bernyawa dalam ruangan tersebut, saya merasa awkward. Segera saya berbalik turun ke lantai satu.




Di lantai satu, saya akhirnya bertemu dengan petugas yang saya cari-cari. Ternyata tidak ada biaya yang dikenakan untuk memasuki museum ini. Sesudah mengisi buku tamu, saya menarik Maul untuk menemani saya kembali ke lantai tiga.

***

Sesuai dengan namanya, Siriraj Medical Museum dibuka untuk publik pada 1972 dengan tujuan edukasi medis. Museum ini terdiri dari enam bagian yaitu pathological museum, anatomical museum, prehistorical museum, parasitology museum dan forensic medicine museum. Keenam museum ini terletak di gedung berbeda-beda namun masih dalam kompleks Siriraj Hospital. Saya hanya berkesempatan untuk melihat koleksi-koleksi di bagian anatomical museum.



Dengan perasaan lebih siap, saya memasuki kembali ruang koleksi anatomical museum. Ruangan ini memamerkan lebih dari 2000 struktur organ anatomi dari tubuh manusia. Terdapat kepala dan otak manusia yang dipampang dari berbagai sudut. Lempeng irisan organ diperlihatkan dalam kotak kaca yang berisi air pengawet. Ada rasa ganjil sekaligus kagum melihat koleksi-koleksi yang sangat detail tersebut. Saya memegang rambut di jidat sambil membandingkannya dengan detail rambut di dalam kotak kaca. Barulah saya yakin bahwa koleksi ini adalah benar-benar manusia yang diawetkan.
 



Melangkah lebih dalam, ada banyak sekali koleksi bayi yang diawetkan. Mulai dari janin yang meringkuk di dalam kantung rahim, bayi berkepala dua, bayi kembar berorgan tunggal, bayi hydrosephalus, dan masih banyak lagi bayi-bayi beranatomi tidak normal. Saya menepis pikiran ada berapa banyak tuyul berbentuk aneh di dalam ruangan tersebut.





Di salah satu sudut, saya melihat banyak mainan anak-anak yang diletakkan di atas kotak kaca berisi balita yang diawetkan. Mainan-mainan tersebut ditinggalkan oleh pengunjung anak-anak yang mungkin merasa kasihan. Kembali, saya menepis bayangan tuyul-tuyul memainkan boneka atau mobil-mobilan.


Di sudut yang lain, terlentang tubuh manusia dewasa. Bagian dadanya dibelah terbuka untuk menampilkan organ-organ dalam seperti paru-paru, jantung, lambung, usus, dll. Sedangkan bagian kaki dan tubuhnya dikuliti untuk menampilkan penampang otot dan tulang. Ada juga koleksi yang menampilkan gambaran syaraf, pembuluh darah dan tengkorak manusia.



Mungkin tidak berlebihan jika dikatakan bahwa mengunjungi Siriraj Medical Museum harus kuat mental. Beberapa orang bisa jadi merasa ngeri. Suasana museum yang sunyi dan hawa ruangan yang lembab cukup untuk membuat kita merinding. Melihat mayat manusia yang dibelah sedemikian rupa serta bayi-bayi berbentuk aneh juga cukup untuk membuat kita merasa mual. 

Museum ini sedikit mengingatkan saya pada Museum Kesehatan atau Museum Santet di Jalan Indrapura Surabaya. Museum Kesehatan juga terletak satu kompleks dengan Puslitbang Departemen Kesehatan Indonesia yang menempati bangunan bekas rumah sakit Belanda. Bedanya, Siriraj Medical Museum lebih terasa mengerikan karena seluruh isinya adalah cadaver alias mayat yang diawetkan.

Sebetulnya, saya juga tertarik mengunjungi Correction Museum di Bangkok. Museum sekaligus bekas penjara itu berisi alat-alat yang memperagakan bagaimana narapidana pernah disiksa dengan sangat tidak manusiawi. Contohnya saja, ada sebuah bola rotan besar yang cukup dimasuki seorang narapidana. Bola yang bagian dalamnya penuh berpaku ini kemudian akan ditendang-tendangkan oleh gajah layaknya sebuah bola sepak berisi manusia. Sayangnya, letak museum paling mengerikan di Bangkok tersebut cukup sulit dijangkau dan kabarnya sedang dalam renovasi.


Masih ada museum serupa Siriraj Medical Museum yang sepertinya tidak terlalu mengerikan untuk dikunjungi, yaitu Human Body Museum. Berdasarkan foto yang saya lihat di internet, gedung Human Body Museum terlihat baru dan terang benderang. Berbeda dengan Siriraj Medical Museum yang menampilkan cadaver yang diawetkan dalam kotak air, cadaver di sini dikeringkan sedemikian rupa dengan lapisan lilin. Human Body Museum adalah bagian dari Faculty Medicine of Chulalongkorn University, sama halnya dengan Siriraj Medical Museum yang merupakan bagian dari Faculty of Medicine Siriraj Hospital. Saya jadi bertanya-tanya adakah fakultas kedokteran di universitas Indonesia yang juga memiliki museum serupa.


Bagi mahasiswa kedokteran (atau juga pelajar), mengunjungi Siriraj Medical Museum bisa jadi sangat membantu untuk memahami materi kuliah. Namun secara umum, museum ini dapat memberikan bayangan visual bagaimana kompleksnya struktur dan sistem di dalam tubuh kita. 

Merasa cukup puas dan mual, saya meneruskan perjalanan ke tujuan selanjutnya. Melewati taman di tengah-tengah Siriraj Hospital, saya melihat banyak sekali karangan bunga dan orang-orang yang sedang berdoa. Rupanya di rumah sakit inilah, almarhum Raja Thailand Bhumibol Adulyadej dirawat intensif sebelum akhirnya meninggal pada 13 Oktober lalu.

PS: Foto-foto di atas saya ambil secara diam-diam karena sebenarnya terdapat larangan memotret koleksi

You Might Also Like

1 komentar

Subscribe