College Feed
March 31, 2015
Separuh
semester empat sebentar lagi tergapai, namun sudah banyak sekali kerepotan dan
pembelajaran baru yang dilalui. Sesuai dengan judul konsentrasi yang saya
pilih, media dan jurnalisme, di semester ini kami belajar berpraktek
jurnalistik. Sebenarnya, hanya baru satu mata kuliah saja yang
mewajibkan berperan menjadi jurnalis. Mata kuliah tersebut bernama Reportase,
diampu oleh salah seorang dosen baru di Komunikasi UGM. Beliau memerintahkan
setiap mahasiswa untuk membuat empat artikel sesuai dengan topik yang telah ditentukan
sebelumnya. Sebagian besar pilihan topik bergulat pada isu-isu yang terjadi di
Yogyakarta. Saya sendiri, memilih topik Tata Ruang Kota dengan subtopik
Kebersihan dan Lingkungan.
Dulu
Ibu saya pernah sesekali bertanya, “Dek, kamu nanti jadi jurnalis nyari-nyari
berita kemana-mana gitu dong? Panas-panas, wara-wiri?”. Pertanyaan tersebut
sedikit banyak membuat diri saya takut. Jujur saja, walaupun memang saya mantap
memilih konsentrasi ini, saya tidak bisa membayangkan harus bekerja menjadi the
real journalist yang memburu informasi pagi dan malam. Oleh sebab itulah, saya
berterima kasih pada Reportase yang sudah memaksa saya melakukan hal tersebut.
Menentukan
narasumber, mencari kontak yang bisa dihubungi, menyepakati jadwal wawancara,
menghadapi perizinan dan birokrasi yang berbelit hingga menjelajah
tempat-tempat yang belum pernah diketahui sebelumnya adalah beberapa hal yang
harus dilalui sebelum benar-benar bisa bertemu dengan narasumber. Setelah
bertemu dengan para narasumber, saya pun belajar banyak mengenai bagaimana memosisikan
diri sebagai teman bicara, mengembalikan pembicaraan ke arah yang benar, berusaha
memasang raut muka fokus walau pikiran melayang entah kemana, serta bagaimana
menyerap pemikiran orang-orang baru dari latar belakang yang berbeda. Lucunya,
meskipun jurnalis sering digambarkan lusuh dan kumal, saya justru berpendapat
jika jurnalis harus tetap tampil cantik dan wangi. Yaa, setidaknya agar
narasumber exited. Hahaha.
Kembali
kepada pertanyaan yang dilontarkan Ibu saya, setelah semua ini dihadapi, sejauh
ini jawaban yang saya dapatkan adalah “iya”. Saya yang sebelumnya berpikiran “wow
that's kinda scary, that's not so me”, terkejut ketika mendapati bahwa saya
bisa menikmati proses ini. Proses peliputan yang dilakukan seorang diri juga menutut kami untuk mandiri, gigih, berani menghadapi ketakutan,
tidak mudah putus asa, dan cepat mengambil keputusan maupun memperhitungkan resiko
dan kemungkinan lain.
It 's blast of fun and I think I’m gonna love this job.
It 's blast of fun and I think I’m gonna love this job.
![]() |
the day i lost my mind |
PS:
meskipun masih dalam proses, hasil liputan kami --mahasiswa Komunikasi UGM
2013-- nantinya dapat diakses lewat situs liputan.tersapa.com.
1 komentar