BOTM, Beautifully Provocating "Future Minds"
February 28, 2015Resensi ini sebelumnya telah dimuat pada situs tersapa.com dan bulaksumurugm.com
Judul: Future Minds: How The Digital Age Is Changing
Our Minds, Why This Matters, And What We Can Do About It | Penulis: Richard
Watson | Penerbit : Nicholas Brealey Publishing | Bahasa: Inggris | Cetakan :
I, 2010 | Tebal: 213 halaman | Harga: Rp 212.400 (Amazon.com) | ISBN : 978-1-85788-549-1
“We’re rocketing into the digital age at
breakneck speed: a culture of rapid response with no time for reflection or
focus. Losing the ability to think in a deep, creative way, we are in danger of
raising a new generation that has plenty of answers but few good questions :
the Screenagers.”
Pemikiran Watson yang dituangkan ke dalam buku ini begitu
menarik. Ia merangkai prediksi masa depan dari fenomena-fenomena digital yang
terjadi dalam kehidupan manusia masa kini. Garis besar dari “Future Minds”
memang mengajak pembaca untuk menilik sejauh mana budaya digital akan
mempengaruhi kehidupan dan peradaban manusia selanjutnya. Tentu, prediksi
Watson tak akan menjadi begitu meyakinkan tanpa dilengkapi oleh beragam riset --baik
yang telah dilakukan oleh para ilmuwan maupun yang ia lakukan sendiri, yang
mendukung argumennya. Oleh karena itu, pembaca akan menemukan pengetahuan baru
serta fakta-fakta tak terduga dari Future Minds.
Penuturan
Watson pada bab pertama, How Digital Era
Is Changing Our Minds, akan membuat pembaca remaja merasa tersindir. Watson
mendeskripsikan remaja (teenagers) zaman
sekarang sebagai screenagers,
generasi yang tak dapat lepas dari layar digital. Hal tersebut menjadi begitu
menggelitik karena fakta dan kebiasaan screenagers
yang ia deskripsikan begitu tepat. Di sisi lain juga mengerikan karena ia menjabarkan dampak-dampak negatif
yang dapat timbul dari pola perilaku digital yang kita lakukan setiap waktu.
Selanjutnya pada bab kedua dan ketiga, Watson lebih banyak memaparkan
pemikirannya mengenai berpikir. Deep thinking akan terasa menjadi topik pembahasan utama buku ini.
Ia mengupas filosofi berpikir, menceritakan bagaimana modernitas dan teknologi
mengubah kemampuan berpikir manusia, serta memberikan saran praktikal untuk
mengoptimalkan kemampuan berpikir kita. Singkatnya, Richard Watson
menyandingkan determenisme teknologi dan determenisme sosial-ekonomi dengan
cukup baik.
Future Minds akan menjadi bacaan yang tepat bagi semua
manusia modern. Penulis berpendapat demikian karena buku ini mampu memberikan
gambaran ke mana arah teknologi dapat membawa peradaban manusia jika tidak
disikapi secara bijaksana. Pembelajar di bidang ilmu komunikasi serta pekerja
kreatif juga patut menyimak pemikiran Ricard Watson dalam buku ini. Sayangnya,
Future Minds baru dapat diperoleh melalui situs Amazon karena tidak mudah
didapatkan di toko-toko buku Indonesia. (chk)
0 komentar