Enjoy the Entertaining Side of Anak Artis Life
October 26, 2015
Televisi
Tak Lagi Menjadi Satu-Satunya Sumber Kebutuhan Akan Hiburan
Hiburan
merupakan kebutuhan yang tak dapat disangkal. Manusia membutuhkan hiburan untuk
melupakan sejenak permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi. Terdapat
beragam cara dan fasilitas yang dapat digunakan untuk memperoleh hiburan. Salah
satu sumber yang dapat dimanfaatkan adalah media. Terkait dengan pemenuhan
kebutuhan akan hiburan, media memiliki fungsi diversion. Media menawarkan tiga hal: stimulation atau pencarian untuk mengurangi rasa bosan, relaxation atau pelarian dari tekanan
dan kegiatan rutin, serta emotional
release atau pelepasan emosi dari perasaan dan energi yang terpendam.
Hiburan
yang ditawarkan oleh media dapat dijangkau melalui kehadiran televisi, radio,
internet, surat kabar, tabloid dan majalah. Dari sejumlah pilihan tersebut, televisi
masih menjadi media yang memiliki tingkat popularitas tinggi dalam masyarakat. Hasil
riset yang dilakukan oleh AGB Nielsen pada Mei 2014 menyatakan bahwa televisi
masih menjadi medium utama yang dikonsumsi oleh 95% masyarakat Indonesia.
Tingkat penetrasi yang besar membuat televisi memiliki perhatian yang tinggi dalam menyajikan
konten-konten hiburan seperti musik, film, olahraga, sinetron, infotainment, kuis, dll.
Di lain sisi, program-program hiburan yang
ditawarkan oleh televisi mulai mengalami kejenuhan. Konten hiburan televisi Indonesia
didominasi oleh program musik, infotainment,
FTV (film televisi), reality show, sinetron,
dan variety show. Sebagian besar
program-program tersebut dinilai tidak memiliki kualitas yang baik dan hanya
dibuat untuk mengejar rating. Oleh
sebab itu, kehadiran internet memberikan alternatif bagi masyarakat untuk memperoleh hiburan baru.
Jika dibandingkan dengan televisi, internet memiliki karakter yang lebih interaktif.
Pengakses secara aktif dapat memperoleh konten apapun yang menjadi
keinginannya.
YouTube,
Alternatif Dan Pengganti Media Penyiaran Konvensional
YouTube
sebagai sebuah video-sharing website
memiliki sejumlah kekuatan yang potensial dalam menandingi media penyiaran
konvensional. Dengan slogan “Broadcast Yourself”, YouTube memfasilitasi orang-orang
biasa untuk mengunggah dan mempublikasikan video diri maupun video kreasi yang
mereka buat. Pada akhirnya, video tersebut dapat disaksikan secara global oleh
semua orang di dunia. Kesempatan tersebut menjadi sebuah kelebihan yang
sebelumnya tidak mampu difasilitasi oleh televisi.
Menurut
Karim (dalam Burgess, 2010:2), YouTube memiliki empat fitur kunci yang membuat
situs ini sukses, yaitu: (a) fitur video rekomendasi yang ditampilkan dalam related videos, (b) fitur tautan untuk
membagikan video, (c) fitur komentar dan pemanfaatan jaringan sosial yang lain,
serta (d) fitur embeddable video player. Berkat dukungan dari fitur-fitur
ini, YouTube mengalami perkembangan pesat sejak diluncurkan pada tahun 2005. Sebagai
gambaran, terdapat lebih dari 1 milyar pengguna baru (unique user) dan lebih dari 6 milyar jam video yang ditonton setiap
bulan. Sementara itu, terdapat lebih dari 1 milyar views serta jutaan subscriptions
yang terjadi setiap hari. Dalam hitungan menit, terdapat 100 jam video yang
diunggah ke dalam situs ini. Jika YouTube diibaratkan sebagai mesin pencari,
maka YouTube telah menjadi situs kedua yang paling sering diakses setelah
Google. Lembaga survei AGB Nielsen pun mengakui bahwa YouTube menjangkau orang
dewasa berumur 18-34 tahun secara lebih efektif jika dibandingkan dengan
televisi kabel.
Kekuatan tersebut membuat banyak pihak tertarik untuk bergabung dengan YouTube. Mulai dari pengiklan, industri olahraga, artis, aktivis, institusi budaya, bahkan pihak stasiun televisi ikut bergabung. Setiap partisipan tersebut menyasar YouTube dengan maksud dan tujuan tertentu. Hal tersebut secara kolektif membentuk YouTube sebagai sebuah sistem kultural yang dinamis yaitu YouTube sebagai wadah budaya partisipatoris. Jenkins (dalam Burgess, 2010:10) menuturkan bahwa budaya partisipatoris adalah sebuah kesempatan di mana penggemar (fans) dan pengguna yang lain saling berpartisipasi secara aktif dalam membuat dan mengedarkan konten baru. Munculnya budaya partisipatoris ini disebabkan karena keberadaan teknologi digital yang mudah diakses, konten yang memberdayakan pengguna (user created content) serta perubahan hubungan kekuasaan antara industri media dan konsumen.
Kekuatan tersebut membuat banyak pihak tertarik untuk bergabung dengan YouTube. Mulai dari pengiklan, industri olahraga, artis, aktivis, institusi budaya, bahkan pihak stasiun televisi ikut bergabung. Setiap partisipan tersebut menyasar YouTube dengan maksud dan tujuan tertentu. Hal tersebut secara kolektif membentuk YouTube sebagai sebuah sistem kultural yang dinamis yaitu YouTube sebagai wadah budaya partisipatoris. Jenkins (dalam Burgess, 2010:10) menuturkan bahwa budaya partisipatoris adalah sebuah kesempatan di mana penggemar (fans) dan pengguna yang lain saling berpartisipasi secara aktif dalam membuat dan mengedarkan konten baru. Munculnya budaya partisipatoris ini disebabkan karena keberadaan teknologi digital yang mudah diakses, konten yang memberdayakan pengguna (user created content) serta perubahan hubungan kekuasaan antara industri media dan konsumen.
Tinjauan
Web Series Pada Youtube Sebagai
Sumber Hiburan Baru
Budaya
partisipatoris yang berkembang di dalam YouTube dapat dilihat dari banyaknya
konten-konten yang dibuat dan diunggah oleh pengguna. Salah satu contoh konten
unggulan YouTube adalah web series. Menurut
Moreau (2015), web series adalah seri
video yang terbagi dalam beberapa episode dan ditayangkan secara berkala untuk
mengisahkan suatu cerita yang utuh. Sedangkan pengertian lain menyebutkan bahwa
web series adalah sebuah hiburan
terseri yang didistribusikan lewat media internet. Sebuah web series biasanya berdurasi sekitar dua hingga delapan menit dan
diproduksi oleh orang-orang biasa. Hal tersebut menjadi memungkinkan karena
produksi web series tidak harus membutuhkan
biaya tinggi atau peralatan yang canggih. Keberhasilan suatu web series akan ditentukan dari ide-ide
kreatif yang diangkat sehingga mampu menarik banyak penonton atau subscribers.
Salah
satu web series yang terkenal di
dunia adalah “The Lizzie Bennet Diaries” yang mengahadirkan cerita adaptasi
novel Pride and Prejudice versi
modern. Akun YouTube The Lizzie Bennet Diaries telah memiliki 264.049 subscribers. Sedangkan di Indonesia, web series menjadi populer berkat serial
“Malam Minggu Miko” yang dibuat oleh penulis Raditya Dika. Selain berfokus pada
konten hiburan, terdapat sejumlah web
series lain yang mengangkat topik menarik, contohnya “Provocative Proactive”
yang mengulas politik, “Bola Total” yang membahas olahraga sepak bola, serta “CONQ”
yang menghadirkan cerita seputar isu LGBTQ.
Web
Series
Anak Artis Dan Strategi Rebranding
KapanLagi.com
Kepopuleran
web series pada beberapa tahun
terakhir banyak menarik minat media dan indutsri besar. Akhirnya, beberapa
media dan pengiklan ikut menyuguhkan sajian web
series. Media online malesbangetdotcom
atau MBDC menjadi salah satu media yang aktif memanfaatkan YouTube untuk
menyebarluaskan konten-kontennya. MBDC juga produktif memproduksi web series, beberapa di antaranya adalah “Jalan-Jalan Men”, “Bukan
Jam Kantoran”, “Bulan-Bulanan”, “NyamNyamNyam” dan “Pojok Humor”. Berkat konten
kreatif yang mereka buat, MBDC telah berhasil menjaring 253.341 subscribers.
Jumlah subscribers yang
potensial membuat MBDC menjadi sasaran banyak pengiklan. Dufan, KitKat, LangitMusik, Mizone, Aqua, Magnum, Indosat, dan
Fitbar adalah beberapa brand yang
mempercayakan kegiatan promosi kepada MBDC. Menariknya, iklan-iklan dalam MBDC
juga dikemas dalam bentuk video dengan cerita yang menarik untuk disaksikan.
Singkatnya, dapat disimpulkan jika konten web
series dan video-video pada MBDC telah menjadi keunggulan yang membuatnya
banyak digemari oleh anak muda.
Keberhasilan
web series MBDC sedikit banyak
menginspirasi media online KapanLagi.com
untuk mengembangkan konten serupa. Selama ini, konten KapanLagi.com banyak
memberikan informasi terkait dunia hiburan Indonesia maupun mancanegara. Pada
bulan September 2015 yang lalu, KapanLagi.com baru saja melakukan rebranding setelah dua belas tahun
berkiprah. Rebranding ini ditandai
dengan pembaharuan logo KapanLagi.com dan peluncuran web series “#Anak Artis: The New Royalty”. Strategi ini diusung
untuk mencintakan image KapanLagi.com
yang fresh dan lebih dekat dengan
anak muda. Ben Soebiakto selaku chief
marketing officer mengungkapkan bahwa peluncuran web series pertama KapanLagi.com tersebut dilakukan karena melihat
kecenderungan anak muda gemar mengakses web
series pada YouTube.
Web series Anak Artis menghadirkan
cerita kehidupan enam anak artis papan atas Indonesia. Mereka adalah Nadine
Woworuntu (anak Ruth Sahanaya), Valerie Thomas (anak Jeremy Thomas), Brandon
Salim (anak Ferry Salim), Daffa Jenaro dan Stephanie Poetri (anak Titi DJ)
serta Shawn Adrian (anak Andi Soraya). Usia keenam anak artis tersebut berada
dalam rentang 17-20 tahun. Web series yang
disutradarai oleh Sean Monteiro ini berhasil mendapatkan sambutan meriah dari
penonton YouTube. Empat belas episode Anak Artis yang telah berakhir pada 15
Oktober lalu berhasil menjaring lebih dari lima juta penonton.
Sebelum
meluncurkan web series Anak Artis,
KapanLagi.com sebenarnya telah membuat konten serupa berjudul “One Day With
Anak Artis” pada bulan Agustus 2015. One Day With Anak Artis menampilkan
Verrell Bramasta (anak Vena Melinda), Teuku Rassya (anak Tamara Bleszynski),
dan Dhea Seto (anak Seto Mulyadi). Berbeda dengan keenam tokoh dalam web series Anak Artis, Verrel, Rassya,
dan Dhea telah meniti karir dalam dunia hiburan Indonesia sebagai aktor, model,
bintang iklan dan penyanyi. Namun sayangnya, One Day With Anak Artis tidak
dilanjutkan ke dalam bentuk web series.
Membuat
Kehidupan Selebriti Menjadi Komoditi
Dunia hiburan
selalu menitikberatkan artis sebagai pemeran utama dalam industri ini. Di
Indonesia, predikat artis selalu dikaitkan dengan profesi yang dekat dengan
dunia hiburan dan sorot media massa layaknya aktor, penyayi, musisi, komedian,
presenter, atau model. Padahal, jika ditilik kembali pengertian artis lebih daripada
itu. Artis atau artist secara lebih
luas dapat merujuk pada profesi dalam dunia seni, contohnya pelukis,
koreografer, pesulap, desainer, penari, pemain teater hingga pemahat. Pada
intinya, profesi-profesi tersebut membutuhkan keahlian dan kemampuan khusus
untuk menghasilkan sebuah karya seni yang dapat menghibur banyak orang.
Sementara
itu, kata selebriti juga sering diidentikan dengan artis. Daniel Boorstin
(dalam Turner, 2004:5) mengartikan selebriti sebagai “a person who is well-known for their well-knowness”. Selebriti
zaman sekarang belum tentu memiliki kemampuan atau pencapaian khusus selain
keberhasilan dalam menarik perhatian publik.
Selebriti mendapatkan popularitas
dari kemampuan untuk membedakan kepribadian mereka dengan orang lain dalam arena
publik. Popularitas dapat mereka raih dalam waktu yang singkat dan intens
berkat kharisma dan star quality yang
mereka miliki.
Dalam
web series Anak Artis: The New
Royalty, dapat dikatakan jika anak-anak artis tersebut adalah selebriti. Chris Rojek
(dalam Turner, 2004:94) menuturkan bahwa status selebriti memang dapat
diperoleh melalui keturunan (royalty).
Ia menistilahkan hal tersebut sebagai ascribed
celebrity. Melalui keturunan, anak artis memiliki akses yang lebih besar
untuk menuju dunia hiburan karena mereka memang telah terlahir dalam lingkungan
tersebut. Status anak artis juga menjadi hal yang ditonjolkan dalam web series Anak Artis. Dalam konferensi
pers yang dilakukan, KapanLagi.com meyakini bahwa web series yang mereka rancang akan memberikan pilihan hiburan baru
bagi masyarakat Indonesia.
Berbeda
dengan kehidupan anak-anak pada umumnya, anak artis telah terbiasa dengan kekayaan
material dan gaya hidup dunia hiburan sejak kecil. Web series tersebut mengajak para penonton untuk melihat perspektif
dan keseharian para anak artis tersebut. Oleh sebab itulah, sutradara meyakinkan
bahwa web series Anak Artis dirancang
natural tanpa skrip untuk merepresentasikan realitas yang ada. Karenanya, sang
sutradara berpendapat bahwa apa yang mereka suguhkan tak hanya sekedar web series biasa melainkan reality web series. Adapun tema-tema
yang dihadirkan dalam empat belas episode web
series tersebut antara lain persahabatan, percintaan, hobi, dan bagaimana cara
anak artis bersenang-senang dengan berpesta, berlibur serta mendatangi festival
musik atau cosplay.
Tidak
terlepas dari tujuan media untuk meraih keuntungan, selebriti menjadi sebuah
komoditas. Selebriti dikembangkan untuk menghasilkan uang. Sosok dan nama
mereka digunakan untuk memasarkan film, CD, majalah, program televisi dan
produk-produk lain. Mereka diproduksi, diperdagangkan, dan dipasarkan oleh
media dan industri publisitas. Dalam konteks ini, selebriti telah menjadi
sebuah industri yang memiliki fungsi komersial dan promosional (Turner,
2004:9). Lebih lanjut, Turner menyatakan
“celebrity is a genre of representation
and a discursive effect; it’s a commodity traded by the promotions, publicity,
and media industries that produce these representations and their effects”.
Enam tokoh web series Anak Artis tak hanya sekedar bermain peran dalam web series saja. Sebagai portal berita
dunia hiburan Indonesia, Nadine, Valerie, Brandon, Daffa, Stephanie, dan Shawn
juga menjadi bahan berita KapanLagi.com. Hasil wawancara serta kisah-kisah
kehidupan pribadi anak artis diulas menjadi artikel. Artikel tersebut dimuat
secara teratur dalam website eksklusif anakartis.com yang juga tertaut
langsung pada halaman KapanLagi.com.
Tak boleh
dilupakan, web series Anak Artis
telah melahirkan penggemar yang mampu dimanfaatkan oleh KapanLagi.com.
Menyadari kesempatan ini, KapanLagi.com telah memanfaatkan budaya penggemar
dalam mengembangkan kontennya. Jenkins (dalam Storey, 2008:164-165)
mengungkapkan ada beberapa cara yang biasa dilakukan oleh para penggemar –lalu dimanfaatkan
oleh media– untuk memaknai program favorit mereka, yaitu:
Strategi KapanLagi.com meluncurkan web series Anak Artis bersamaan dengan momentum rebranding situs tersebut adalah sebuah pilihan yang tepat. KapanLagi.com berhasil memperoleh perhatian publik, khususnya anak muda. Dalam waktu satu bulan saja, web series Anak Artis telah ditonton lebih dari lima juta viewers. Sementara itu, akun YouTube KapanLagi.com meraup sejumlah 450.963 subscribers. Keberhasilan ini memberikan positioning baru yang menjanjikan bagi KapanLagi.com di mata pengiklan atau masyarakat.
Hasil akhirnya? dapat ditebak. KapanLagi.com merencanakan pembuatan web series Anak Artis season kedua. Ditinjau dari sudut pandang anak artis, mereka mempunyai nilai jual lebih jika memang berencana terjun ke dalam dunia hiburan. Popularitas telah berhasil dikantongi. Sementara itu, para penonton memperoleh hiburan dengan konsep baru yang belum pernah mereka saksikan sebelumnya. (chk)
- Rekontekstualisasi: produksi konten yang hendak mengisi ruang kosong di dalam narasi siaran dan menunjukkan penjelasan tambahan bagi tindakan-tindakan tertentu.
- Memperpanjang batas waktu serial: produksi konten yang menyajikan latar belakang sejarah para tokoh, dan lain sebagainya yang tidak tereksplorasi di dalam narasi siaran, atau menunjukkan perkembangan ke depan melampaui periode yang dicakup oleh narasi siaran.
- Refokalisasi: terjadi ketika penggemar menggeser fokus perhatian dari protagonis utama ke figur-figur sekunder.
- Persilangan tokoh: tokoh-tokoh dari suatu program diperkenalkan pada program yang lain.
- Keterlepasan tokoh: tokoh-tokoh ditempatkan kembali dalam situasi cerita baru, dengan nama dan identitas baru.
- Personalisasi: penyisipan kehadiran penggemar ke dalam suatu versi program favorit.
- Intensifikasi emosional: produksi kisah suka-duka.
- Erotisasi: cerita-cerita yang mengeksplorasi sisi erotis kehidupan tokoh.
Strategi KapanLagi.com meluncurkan web series Anak Artis bersamaan dengan momentum rebranding situs tersebut adalah sebuah pilihan yang tepat. KapanLagi.com berhasil memperoleh perhatian publik, khususnya anak muda. Dalam waktu satu bulan saja, web series Anak Artis telah ditonton lebih dari lima juta viewers. Sementara itu, akun YouTube KapanLagi.com meraup sejumlah 450.963 subscribers. Keberhasilan ini memberikan positioning baru yang menjanjikan bagi KapanLagi.com di mata pengiklan atau masyarakat.
Hasil akhirnya? dapat ditebak. KapanLagi.com merencanakan pembuatan web series Anak Artis season kedua. Ditinjau dari sudut pandang anak artis, mereka mempunyai nilai jual lebih jika memang berencana terjun ke dalam dunia hiburan. Popularitas telah berhasil dikantongi. Sementara itu, para penonton memperoleh hiburan dengan konsep baru yang belum pernah mereka saksikan sebelumnya. (chk)
0 komentar