The Fear of Loneliness

April 05, 2014

Banyak hal yang orang-orang anggap aneh, hanya karena mereka belum pernah mencoba melakukan hal tersebut.
Nonton bioskop sendiri salah satunya.

“Hah, sumpah kamu nonton sendiri? Ngapain pek!”
“Kok kasian banget sih!”
“Ih ngapain kurang kerjaan banget”
“Aneh banget tau! Masa sendirian gak ada temennya!”

They said sort of those things.

Hidup di negara yang menjunjung tinggi budaya gotong-royong dan kolektivitas membuat banyak hal terlihat aneh untuk dilakukan sendiri, walaupun hal tersebut sebenernya terhitung remeh. Pernah suatu hari Prelle menegur aku “Chik kamu kok pede sih jalan kemana-mana sendiri, kayak ke toilet atau ke kantin sendiri gitu kok berani.”  Waktu itu aku alisku mengernyit, ”Emangnya kenapa harus nggak berani?”, “Rasanya aneh gitu sih, diliatin orang”.

Bahkan sekarang di Jogja, dengan terheran-heran masih ada teman yang lebih memilih nggak makan seharian dan mengeluh setelahnya daripada harus makan sendiri. Alasannya? “Ih, apa banget makan sendiri”. Masa iya untuk urusan pemenuhan perut sendiri harus segitunya?

Aku sendiri punya prinsip untuk melakukan segala sesuatunya sendiri selama sanggup untuk dilakukan sendiri. Termasuk bersenang-senang dengan diri sendiri (bukan, bukan yang itu maksudnya).

Having a “me time” is essential.
Nonton bioskop, sendiri ataupun bersama orang lain, esensinya toh tetap untuk nonton film tersebut. You just need to sit and watch the friggin movie.

Having a “me time” helps us to discover how unique people are.
Duduk di satu sudut Transjogja dan mengamati orang-orang bertingkah, berekspresi. Mungkin mereka baru saja menang undian, baru saja ditinggal mati orang tersayang, baru putus cinta, tapi toh di mata kita semua orang terlihat baik-baik saja.

Having a “me time” is essential to look whats going on inside ourself.

And sometimes we realize that we don’t need anyone else to make us happy,

We do have a right to make ourself happy as well.

You Might Also Like

3 komentar

Subscribe