Komunikasi? #bridgingcourse

September 22, 2013

Memulai tahun ajaran baru sebagai siswa kelas dua belas, aku dan teman-teman dihadapkan pada satu pertanyaan klasik: “Mau kuliah di mana?”. Pertanyaan yang seakan-akan wajib dilontarkan oleh semua orang kepada siswa di tingkat akhir. Terusik, aku pun berusaha mencari jawaban atas pertanyaan tersebut. Berbagai cara kulakukan, mulai dari salat isthikarah, berdiskusi dengan orang tua, hingga mengikuti tes minat bakat dan berkonsultasi pada seorang psikolog.

Di awal SMA, aku sudah memiliki keinginan yang kuat untuk berkuliah di STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara). Hal tersebut tak lepas dari cerita seorang guru ekonomi yang dengan bangga menuturkan kisah menantunya, seorang lulusan STAN, yang telah digaji dua puluh juta untuk pekerjaan pertamanya. Namun, mengingat aku tak pernah berbakat dalam urusan hitung-menghitung, akhirnya STAN dan jurusan yang berbau dengan perekonomian langsung kucoret dari daftar. Selepas STAN, satu persatu pilihan seperti Hubungan Internasional UGM, Kriminologi UI, hingga Filsafat UGM sempat menjadi pertimbangan bagiku.

Hingga suatu hari, ketika aku sedang berselancar di dunia maya, aku membaca sebuah kata-kata dari Confucius yang berbunyi Choose a job you love and you’ll never have to work a day in your life. Apa yang kubaca itu membuatku tergelitik, iri, dan tertantang untuk memilih jalan hidup berdasarkan apa yang kusuka. Akhirnya kutanyakan balik pada diriku “Apa yang hal yang kamu suka, Chiki?”. Dan benar saja, aku tahu persis jawabannya, aku suka membaca, menulis, dan merangkai kata menjadi sebuah tulisan. Selain itu aku mempunyai sebuah impian untuk bekerja di majalah-majalah remaja Indonesia yang memiliki kualitas tinggi seperti Girlfriend dan Gogirl! Perkembangan media yang pesat pasca era reformasi memberikan tawaran yang menarik untuk dipelajari, khususnya keberpihakan beberapa media besar di Indonesia kepada tokoh-tokoh politik tertentu. Oleh sebab itu, aku juga mempunyai angan-angan untuk mengubah iklim media Indonesia dengan mendirikan sebuah media baru yang independen, terpercaya, dan inspiratif bagi rakyatnya. Berawal dari mimpi-mimpi tersebut akhirnya aku mantap untuk memilih jurusan ilmu komunikasi.

Tidak sebingung memilih jurusan kuliah, sejak awal aku sudah yakin pada universitas yang akan aku pilih, yaitu Universitas Gadjah Mada. Hatiku jelas mengatakan bahwa aku harus meninggalkan kota Surabaya dan segala pernak-pernik kepenatan kota metropolitan. Ingin merasakan merantau, meninggalkan zona nyaman dan hidup jauh dari orang tua. Sebelumnya, aku pun telah menyukai kota Yogyakarta. Walaupun awalnya sedikit ragu karena tak sedikit orang yang mengatakan bahwa pergaulan di Jogja cenderung bebas dan berbahaya bagi seorang perempuan. Namun akhirnya, padangan mengenai hal tersebut terhapuskan karena aku yakin Jogja adalah kota yang bersahabat dengan atmosfer kehidupan yang nyaman.

Semenjak memilih tujuan yang jelas akhirnya aku tak pernah menyia-nyiakan waktuku, aku belajar dengan keras dan selalu meyakinkan diri bahwa aku pasti bisa meraih yang aku inginkan. Kata-kata motivasi, dan lambang panji UGM kutempelkan di ruang belajar, di buku-buku catatan hingga di sebelah tempat tidurku. Dan sekarang, impian itu telah terjawab sudah. Setelah diterima menjadi bagian dari Komunikasi UGM angkatan 2013, bagiku ini adalah batu pijakan untuk meraih mimpi-mimpi yang lebih besar.

“If we could fight for what we love to do, for the things we believe in, I am sure we are going to make the best decisions for out future.” 
–Alanda Kariza.

You Might Also Like

0 komentar

Subscribe