Girl Should Aware
July 08, 2013
Baru aja baca beberapa artikel tentang eksibionis, bukan
eksibisi pameran, tapi semacam penyakit gangguan mental yang kayanya sekarang
lagi lumayan menjamur. Untuk yang belum tahu, eksibionis ini adalah gangguan
mental yang kebanyakan dialami oleh kaum laki-laki. Nggak jauh-jauh dari kata
dasarnya exhibit atau pameran, pelaku
eksibisionis ini punya kegemaran buat mempertontonkan alat genitalnya di
tempat-tempat umum pada orang-orang yang nggak dia kenal. Katanya sih, bagi
mereka, hal ini memberikan kepuasan batin.
Ngomong-ngomong, aku juga pernah ngalamin kejadian ini.
Walaupun setiap kali cerita ke temen-temen aku selalu diketawain, tapi
sepertinya kita sebagai bagi kaum perempuan harus sudah mulai aware dengan isu
semacam ini karena para eksibis benar-benar ada di sekitar kita, apalagi di
kota-kota besar macam Jakarta dan Surabaya. Di sekitar SMA komplek juga
sepertinya ada oknum-oknum eksibis yang berkeliaran, beberapa temanku Smala dan
Smada + Smanix juga pernah ngalamin kejadian serupa waktu lagi jalan di daerah Jl.
Slamet (sekitar SSC) dan waktu lagi nunggu angkutan di Halte Kusuma Bangsa.
Balik ke pengalamanku tadi, waktu itu pulang sore-sore naik
MLK. Aku pulang tepat waktu, jadi bemo juga masih ramai anak-anak dari SMA lain
yang berbondong-bondong pulang, bemo penuh. Aku duduk paling pojok, di depanku
duduk seorang mas-mas, kurus pakai topi. Waktu nunggu bemo di pinggir jalan
tadi, aku lihat orang ini nyebrang sambil bawa papan triplek. Di bemo, papannya
yang nggak terlalu luas itu dipangku hingga nutupin perut dan pahanya. Seperti
biasa, nggak ada temen ngobrol di bemo, aku jadinya bengong aja. Nggak sengaja
lihat, masnya ini tadi mindahin papannya ke sampingnya (diapit gitu, yang
akhirnya aku tahu tujuannya supaya cuma aku aja yang bisa lihat ‘aksinya’). Lama-kelamaan
mas ini mulai bertingkah aneh, tapi nggak terlalu kentara sama penumpang lain,
tangan sebelah kirinya mulai ribut gitu di daerah riseleting celananya, aku
mulai curiga. Hingga akhirnya waktu sudah nyampai Jl. Praban aku yang dengan
tepat duduk di depannya lihat cacingnya yang menjijikan itu. Badanku rasanya
langsung panas dan takut. Syok, jijik, tapi aku coba buat tenang dan lihat ke arah
lain sambil istighfar dalam hati. Sampai di depan BG Junction aku pura-pura
buka hape, dan memutuskan untuk turun dan oper ke bemo lain.
Nah lo, nah lo. Walaupun nggak berbahaya secara fisik, tapi
gimana coba kalau kalian yang ngalamin kejadian ini? Kaget dan takut kan
pastinya. Dari artikel yang aku baca tadi, semakin panik kita semakin puas juga
lah mereka. Jadi P3Knya kalau ketemu orang semacam ini pura-pura biasa aja
seolah-olah nggak ada apa-apa. Tenangin diri, dan udah cepet-cepet ngacir aja
(tapi harus tetep cool!).
Itu tadi baru satu modus cara kerja eksibis, ada juga yang
berpura-pura tanya arah jalan, mojok di fasilitas umum yang sepi, sampai
datengin kita terang-terangan dan mamerin alat genitalnya. Beberapa diatara
mereka juga nekat bertindak agresif, dari onani terang-terangan di depan korban
hingga menyentuh bagian sensitif seperti pantat. Kalau eksibis sudah bertindak
sejauh itu jangan ragu untuk melawan dan minta pertolongan orang.
Jadi cewek jaman sekarang emang harus bisa jaga diri,
usahain bawa pepper spray, jauhin tempat-tempat sepi terutama kalau lagi jalan
sendiri dan sudah terlalu malam. Yang les di EF Delta, biasanya juga ada tuh
orang-orang yang mencurigakan di pojokan jembatan penyebrangan kalau sudah
mulai sepi. Sebagian besar dari eksibis biasanya pakai topi dan ngelihatin
perempuan yang lewat di depan mereka dengan pandangan yang tidak wajar, aku
rasa sebagai perempuan sedikit banyak kita bisa ngenalin orang-orang dengan
niat yang tidak baik.
Hweeeh, rasanya gimana juga ya cerita macam begituan di
blog. Tapi semoga dengan tulisan ini, kalian, terutama yang perempuan jadi
semakin aware dengan hal ini, dan udah tahu harus ngapain kalau (amit-amit)
ketemu orang-orang golongan ini. Ngeri!
2 komentar