Suatu Hari di atas Kereta Jogja-Surabaya
June 14, 2013
Waktu itu mau pulang lagi ke Surabaya dari Jogja, dan pagi itu saya kehabisan tiket Sancaka yang mungkin sudah pada diborong orang dalam rangka liburan long weekend. Akhirnya terpaksa pulang dengan tiket kereta ekonomi AC, berangkat dari Stasiun Lempuyangan. Setelah dianter Mas Bill ke stasiun dan nunggu beberapa lama, akhirnya kereta datang dan saya duduk di bangku sesuai dengan nomor yang ada di tiket.
Pagi itu kereta nggak seberapa ramai, beberapa penumpang yang sudah berangkat dari kota-kota sebelumnya pada memejamkan mata. Saya duduk berhadapan dengan seorang ibu yang naik dari Purwokerto dan juga akan turun di Surabaya buat menjenguk keluarganya yang lagi sakit.
Darisinilah kemudian saya dan ibu itu ngobrol ngalor-ngidul. Asal ibu ini tinggal di Jakarta, dan kedua anaknya sudah kuliah di Univeritas Soedirman, di Purwokerto. Tahu duduk di kelas tiga SMA, kemudian kami banyak mengobrol soal ujian nasional, seleksi masuk ptn, kuliah, hingga gaya hidup anak SMA swasta di Jakarta. Ibu ini ternyata tahu dengan detail tentang topik yang kita bicarakan, berhubung ternyata anaknya juga baru lulus tahun lalu, dan beliau pernah jadi komite di sekolahnya anaknya (SMA Al-Azhar Bekasi).
Dalam enam jam perjalanan saya belajar banyak dari yang beliau ceritakan, mengenai cara pandang seorang ibu. Beliau berceita banyak mengenai anaknya yang terakhir, yang baru saja masuk di Hukum Unsoed. Saya pun hanya mendengarkan dan menimpali seperlunya. Beliau bercerita runtut mengenai anaknya dari mulai awal masuk SMA hingga kuliah. Diceritakan anaknya itu aktif sekali, punya banyak kegiatan, teman, dan selalu masuk sepuluh besar selama sekolah di SMA Al-Azhar, bahkan menjabat sebagai ketua OSIS. Diceritakan bagaimana akhirnya pilihan anaknya jatuh ke Unsoed, dan kemudian anaknya itu shock dengan perkuliahan di Unsoed yang ternyata sangat-sangat disiplin. Tapi kemudian anak dari ibu ini bisa cepat menyesuaikan diri, aktif dalam kegiatan ALSA dan berubah menjadi anak yang lebih baik daripada sebelumnya.
Yang membuat saya tertarik sebenarnya bukan karena cerita ibu tersebut, tapi lebih ke ibu itu sendiri. Yang sangat bersemangat menceritakan kehidupan anaknya.... and she was glowing at the same time. Disini saya melihat kebanggaan seorang ibu pada anak yang telah dibesarkannya. Kemudian saya mbatin "gini ya kalau jadi anak yang pinter dan berprestasi, bangganya orangtua kalau cerita ke orang lain, walaupun orang asing sekalipun lho, kelihatan jelas"
Kemudian saya terbengong sejenak, "sudah ta saya buat orangtua saya begini?"
2 komentar