Cerita AFS
May 18, 2011Surabaya, 15 April 2011.
Hari ini aku belajar menepati janji.
Sehari sebelumnya, aku mendaftarkan diri ke lembaga Bina Antarbudaya Chapter Surabaya untuk mengikuti seleksi pertukaran pelajar AFS. Ada berbagai macam persyaratan yang harus disertakan, berbagai surat dan fotokopian yang harus dilegalisir. Awalnya, aku sudah mempersiapkan persyaratan-persyaratan tadi dengan cukup teliti. Tapi ketika Mbak Sri, panitia AFS yang mengecek kelengkapan dokumenku waktu itu, menyatakan bahwa ada persyaratan yang masih kurang terpenuhi, yaitu selembar surat rekomendasi.
Panitia : Ini foto kopian ya dek?
Aku : Iya mbak, fotokopi berwarna.
Panitia : Wah, ini harus asli. Gak papa sih fotokop, tapi harus dilegalisir.
Aku : Oh, gitu ya mbak. Ini aku ada yang asli satu.
Panitia : Oke, jadi surat rekomendasinya kurang satu ya. Besok bisa?
Aku : Mmmm, iya mbak, insyaallah.
Panitia : Besok2 bisa sih, hari H juga bisa sebenernya. Gimana, besok aja bisa kan?
Aku : Iya mbak, saya usahakan.
Esoknya, hari Jumat, aku sudah merencanakan akan pergi untuk menyerahkan selembar surat rekomendasi asli ketika jam pelajaran telah usai. Pikirku aku bisa nebeng Bendol atau naik bemo, tapi tidak demikian nyatanya...
Pulang sekolah, seperti biasa, aku mengikuti kajian agama bersama #biramaacet. Kebetulan waktu itu topiknya menarik, mengenai aliran-aliran sesat dan aliran Islam yang tidak “biasa” lainnya. Jam menunjukkan pukul 13.00 ketika birama berakhir. Aku sudah bersiap-siap cari tebengan dan bertanya-tanya bemo jurusan apa yang bisa aku naiki buat nyampe ke Ngagel Tama Tengah. Tak disangka, kegiatan hari itu dilanjutkan dengan latihan teater buat persiapan lomba yang akan berlangsung beberapa hari lagi. Setelah menimbang-nimbang, karena belum dapet tumpangan dan nggak tahu mau naik bemo apa, aku galau (?). Latihan teater hari itu sedikit geje dan banyak diwarnai oleh main kartu, berakhir pukul setengah empat.
Melihat ada peluang untuk nebeng Mbak Dini, aku kepikiran untuk pacul aja ke Ngagel. Tapi aku sedikit bingung juga karena pukul setengah lima ada les EF. Setelah berkonsultasi (konsultasi jaree) dengan Mbak Dini, dia bilang kalau waktu satu jam untuk bolak-balik Ngagel-Delta sepertinya kurang, mengingat pada jam itu adalah jam bubar kerja yang lalu lintasnya pasti juga padat, belum juga kemungkinan antrian peserta lain yang akan daftar mengingat (juga) hari itu adalah hari pendaftaran terakhir. Akhirnya, aku juga mengiyakan pernyataan Mbak Dini tadi. Aku mutusin buat les aja. Rasanya gimanaa gitu, padahal kemarin aku udah mengiyakan untuk mengumpulkan kekurangan data pada hari ini.
Les pun berjalan. Tak dinyana dan tak disangka, hari itu Mr. Greg hanya membagikan hasil ujian kemarin. Pembagian sertifikat dan penjelasan nilai hanya memakan waktu sebanyak lima belas menit. Selepas itu kami diizinkan pulang.
Nah disini, aku mulai merasa galau. Ingin hati pergi ke Ngagel tapi tak tau kemana kaki ini harus melangkah (halah). Setelah bertanya-tanya ke beberapa satpam akhirnya aku disuruh naik bemo N di depan Hotel Sahid. Jadilah aku jalan dari Delta ke depan Hotel Sahid. Keren rasanya jalan sore-sore di trotoar sembari dihembusi angin yang sejuk bertiup dan menikmati pemandangan padatnya lalu lintas sore itu (?) Aku diburu waktu, jam menunjukkan pukul lima sementara pendaftaran ditutup jam enam sementara aku sendiri tak tahu berapa lama waktu yang diperlukan untuk menuju kesana dan dimana tepatnya tempatnya itu --’’
Aku : Pak ini ke Ngagel Tama Tengah bisa?
Pake : Oh, nanti turun di depan toko buku manyar mbak, jalan dikit trusan.
Aku : Oh. Yaudah deh pak.
Aku naik. Jalanan macet. Sempet was-was sambil mandangin jam kecil yang digantungin dideket kaca. Pemutar musik di bemo itu melantunkan lagu Camelia dan beberapa surat-surat Al-Quran, sempat terhibur sedikit, tapi jalanan semakin bertambah padat ditambah trayek yang tidak jelas membuat aku semakin, galau...
Jam menunjukkan pukul setengah enam. Mulai stres.
Aku : Pak, saya turun mana ini? *melas koyok arek ilang*
Pake : Iya mbak, nanti di deket toko buku manyar.
Setelah ngelamun beberapa saat memandangi dan mencoba mengidentifikasi nama-nama jalan, akhirnya bemo berhenti dan menurunkan saya di depan pom bensin, nggak tahu dimana. Adzan berkumadang.
Pake : Nanti mbaknya nyebrang trus lewat jalan kembar luruuus aja terus ada jembatan belok kanan kiri lurus belok blup blup blup...
Aku : *mengawang-awang, ngefly*
Yawes terus aku nyebrang dan menuju jalan kembar yang dimaksud supir bemo itu tadi. Papan jalan menunjukkan bahwa itu adalah Jl. Ngagel Jaya Selatan. Aku berjalan dan berjalan menyusuri jalanan asing yang sepi tersebut sambil sesekali bertanya kepada orang yang ada. Jam menunjukkan pukul 17.40, aku mulai berlari dan berlari dan berlari (serius, lari)
Puatetik ngunu rasane ciak, mblayu-mblayu dewean gak ngerti dalan, dalane sepi angker plus peteng ambek nenteng-nenteng tasku sing abot.
Dan ya nasib, jalanan rasanya tak kunjung mencapai ujungnya, tak ada tanda-tanda jembatan seperti yang dibilang pak supir bemo tadi. Hari mulai beranjak gelap dan beberapa menit lagi menuju jam enam, batas terakhir pendaftaran. Aku masih terus berlari, dan akhirnya kecapekan.
Akhirnya aku naik becak, sudah capek rasanya kakiku cenat-cenut kayak sm*sh. Setelah ditawar, tarif becaknya jadi 5000 dengan kecepatan super. Dalam sisa perjalanan itu, aku melewati jalan-jalan, yaaang.... lebih sepi dan gelap dan angker. Dan saya tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau aku terus melanjutkan usaha “pelarian” tadi. Paknya mengemudikan becaknya dengan cepat.
Dan setelah beberapa belokan, akhirnya di ujung jalan aku melihat kerumunan. Dan, ya! Itu di Ngagel Tama Tengah, markas AFS Chapter Surabaya. Aku turun dan membayarkan uang serta berterimakasih kepada pak supir becak itu tadi. Aku sampai tepat waktu dengan lunglai menuju ruang kelengkapan data dan dilayani oleh panitia dengan baik dan cepat.
Aku terharu.
Sumpah pek terharu.
Nginget gimana tadi mbuambong gitu, terus digalau-galauin keadaan, lari-lari gak tahu jalan. Sendirian. Dan kemudian nyampai tempatnya dengan tidak terlambat.
Seharusnya aku nggak harus lebay ngoyo gitu juga nggak papa harusnya, toh dikumpulin besok-besok dengan diantar ayah juga bisa.
Tapi ternyata, rasanya menepati janji dengan segala usaha terasa lebih memuaskan dan berkesan.
Surabaya, 12 Mei 2011.
PS: Akhirnya setelah lari-lari dan tentunya setelah mengikuti tes seleksi tahap pertama dari pagi hingga sore hari saya diterima menjadi satu dari dua ratus dua orang yang berhasil menyisihkan kurang lebih delapan ratus peserta lainnya. Alhamdulillah :)
XOXO.
0 komentar