VAMPIRENIZER #1

August 23, 2010

Jeng, jeng, jeng, jeng *intro biar serem
Yeay, akhirnya saya bisa bikin cerpen!
Maaf ya, chapter satu agak geje, hehehe. Chapter dua lebih seru loh, ayo semangat (???)
Oya, buat Rizka Rahmi Puspita dan Aldila Irsyad Noi yang lagi mau baca, welcome to my blog \(^,..,^)/

Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, tempat, kejadiaN, dan waktu, yaaa terserah saya, suka-suka yang ngarang.




VAMPIRENIZER (#1)

Hai, aku Chitz, vampir betina yang selalu haus darah. Tepat hari ini aku berumur 17 tahun, ya tujuh-belas-tahun, itu artinya hidupku sebentar lagi terkekang. Vampir betina harus bersanding di pelaminan pada umur 17 belas tahun, aku ulangi, TUJUH-BELAS-TAHUN. Aku tidak mengerti kenapa kaum vampir yang sangat keren dan berkelas ini mempunyai aturan macam kerajaan tempo doeloe sepeti itu. Plis dong, aku masih ingin berkeliaran bersama sobat-sobat serigalaku, berpura-pura menjadi manusia dan berlomba-lomba menciptakan lompatan yang indah dari tebing di pinggir pantai, atau jalan-jalan dari satu mall ke mall lainnya, AKU NGGAK TERIMA, AKU NGGAK TERIMAAAAAAAAAAAA!!
Aku bersekolah di International School of Vampire, sekolahku sangat berkelas sekali, INTERNASIONAL. Tapi, aku merasa nggak nyaman disini, teman-temanku sombong-sombong dan SOK-borju. Cowok? Aku trauma pada vampir pejantan. Dulu aku pernah udah pacaran cukup lama, kira-kira satu abadi, tapi tiba-tiba semua berakhir gitu aja. Sakit rasanya, sakiiiiit. Sekarang, aku lebih suka berbaur dengan para serigala yang hangat. Mereka semua sangat BAIK dan friendly, berbeda dengan para vampir pejantan yang rata-rata misterius dan dingin.
Ah, aku lupa, aku mau meluruskan bahwa kaum vampir kami adalah VAMPIR MODERN YANG GAUL dan INTELEKTUAL. Bukan vampir jadul yang kebanyakan bedak, pakai jubah dan topi yang minta ampun anehnya itu, jalan loncat-loncat dan bakal nge-pause kalo jidatnya ditempelin kertas jimat kuning. Camkan, kami adalah vampir yang menawan, kami berjalan dengan anggun, nyaris melayang, walaupun begitu kami bisa berlari amat cepat melebihi kecepatan USA Force G-452. Kami rupawan, kulit kami bersinar, bibir merah merekah, luka kami dapat sembuh dalam sekejap, dan kami DINGIN. Keyen khaaaan???

Andromeid, July 23rd 2010.
Pagi ini, aku berencana akan membolos sekolah, aku nggak mau belajar TELAAH MANUSIA, toh aku juga sudah menjadi vampir yang cukup manusia. Eh, tapi vampir kan bukan manusia? Vampir yang cukup manusia tapi bukan manusia, ngerti kan maksudku?
Jadi hari ini aku berjanji untuk pergi berdua bersama kawan serigalaku yang tersayang, Rizev. Rizev adalah satu dari para serigala yang sangat aku sayangi. Kami berteman baik, mungkin lebih dari teman baik.
Pukul 08.00, Rizev telah menungguku dibawah menara Becmacker, ketika aku melihat sosoknya yang gagah, aku bergegas mempercepat langkah kecilku, ZAP! Sekejap aku sudah berada disampingnya, lalu kutarik lengan Rizev yang hangat dan berusaha menyeretnya kedalam lariku. Rizev terkejut, sedikit terpelanting karena tidak siap, tungkainya retak. Hahahaha, memang aku vampir betina yang perkasa. Beberapa menit kemuadian, setelah tulangnya kembali ke keadaan semula, kami mulai berjalan pelan, menyusuri stepa untuk mendaki bukit berangin, bukit kami.
“Jadi kau bolos lagi, My Lady Chitz?” ujarnya membuka pembicaraan.
“Whatever” jawabku sambil melayang meninggalkannya ke puncak bukit. Dari atas bukit ini, aku bisa melihat seluruh kota Andromeid. Lalu aku duduk bersandar pada sebuah pohon Oak. Sedetik kemudian serigala itu sudah berada di sisiku.
“Ehem si Chitz sudah tujuh belas tahun niiiiih, ecieeeeee” Rizev mulai menggodaku.
“Oh, shut up your mouth please” kataku sambil menerawang jauh.
Detik demi detik berlalu dalam keheningan. Aku bimbang, begitu pula dengan Rizev. Aku tak mau menjadi vampir tujuh belas tahun, aku ingin terus enam belas tahu, terus berpetualang dengan serigala di sampingku. Aku menghembuskan nafas panjang.
“I wish you get the best, my lovely vampire” ujarnya sambil meletakkan tangannya yang hangat diatas telapak tanganku.
“I hope so”
***
Hai, aku Chitz, vampir betina yang labil. Aku tujuh belas tahun dan aku single. Ya, masa bodoh dengan segala peraturan, aku masih remaja. Kemarin malam aku menentang habis-habisan tradisi kawin tujuh belas tahun yang bodoh itu. Orangtuaku murka, mereka meremukkan tulang rusuk kananku. Aku tak peduli. Apa kata manusia? Hari gini bok.
Hari ini cerah, tubuhku berkelap-kelip tertimpa cahaya matahari ketika aku menyusuri lapangan tengah untuk mencapai kelasku. Ulangan Sosilogi pada jam pertama sudah cukup membuat teman-teman sekelasku heboh pagi itu. Aku? Aku yakin bisa mengerjakannya.
30 menit kemudian...
“Astaganagabonarjadiduabisulnya, soal macam apa ini? Allahu akbar?” ujarku dalam hati. Aku hanya bisa mengerjakan tiga dari lima soal, itupun belum pasti benar. Ditengah keheningan dan di depan Mrs.Hexakovic pikiranku sudah mulai kacau. Tanpa aku sadari, sepanjang dua puluh menit kedepan aku hanya menghabiskan waktuku dengan mencoret-coret selembar kertas.
Daaaan, bel berbunyi, great! Akhirnya kuserahkan saja kertasku dengan pasrah, paling tidak aku masih mempunyai 70% kesempatan untuk tidak remidi.
“Ms. Chitz! The headmaster ordered you to go to Guersvez Ballroom. Do the best for our school”
Double great! Tiba-tiba kepala sekolah mengirimku untuk menjadi duta sekolah dalam sebuah acara. Lunglai dan lemas, bersama beberapa orang vampir lainnya, aku melayang ke Guersvez.
***

Hai aku Chitz, vampir bertulang besi tetapi berhanti kapas. Ya, di Guersvez dua minggu lalu, aku bertemu dengan Troyc, vampir pejantan. Entah mengapa, vampir itu mebuat hatiku berdebar. Waktu pertama kali dia menyapaku untuk menawarkan kursi kosong disampingnya. Sorot matanya teduh, bola matanya berwarna biru tua, tak seperti vampir pejantan lainnya yang biasanya memancarkan sorot merah darah dari matanya. Awalnya aku canggung, aku mengira dia spesies vampir baru.
Lima jam lamanya, aku duduk di samping Troyc untuk mengikuti Youth Vampires Conference. Aku tidak terlalu peduli dengan pembicaranya, tapi topik yang dididiskusikan sangat tepat dengan apa yang terjadi pada diriku sekarang. Perkawinan tujuh belas tahun, kami yang hadir dalam acara konfrensi itu kurang lebih dan bisa dikatakan tidak setuju dengan tradisi itu. Kami sepakat MENOLAKnya.
Aku tak banyak bicara pada acara itu, begitu pula dengan Troyc. Aku hanyut dalam lamunanku, aku teringat Naqe, vampir pejantanku dulu. Dia telah mengaduk hatiku dan hidupku. Aku dulu berpikir, ditujuh belas tahunku nanti, aku dan dia akan bersanding dengan suka cita. But, now I know, He’s totally bullshit.
“Hey, whats your name Lady?” tanya Troyc mengagetkanku.
“Ah, please call me Chitz. And you?” jawabku.
“Troyc. How old are you?”
“Seventeen. And I think, I agree with this conference.”
“It’s similiar with me” Troyc tersenyum.
Troyc adalah vampir yang ramah. Walaupun tidak cukup tampan, tapi dia menggemaskan. Dia bersekolah di Vampire D’aure Collages. Entah mengapa, setelah acara itu, aku sangat penasaran sekali untuk mencari tahu semua tentang Troyc. Aku memanfaatkan internet, Apa? Kau terkejut? Jangan salah, kehidupan kami tak kalah canggih dengan manusia. Kami juga punya banyak jejaring-jejaring sosial, ada Pirebook dan Twitpire, kurang lebih itu seperti Facebook dan Twitter di dunia manusia. Hahaha.
Setelah mengotak-atik friendlist kawanku yang juga bersekolah di D’aure Collages, aku menemukan account milik Troyc. Aku mengirimkan message kepadanya. Aku tak habis pikir, untuk pertama kalinya aku begini. Untuk pertama kalinya aku melupakan Rizev karena seorang vampir pejantan. Apakah aku ? Ah tidak mungkin, aku cuma interest dengan Troyc.
***
Hai aku Chitz, aku vampir yang sedang bimbang untuk jatuh cinta. Seminggu sudah aku mengenal Troyc, aku habiskan banyak waktu bersamanya. Memanjat pohon pinus di utara, menari di atas air sungai, dan mengunjungi para serigala bersamanya. Aku suka, sangat suka, cenderung tergila-gila dengannya. Aku suku cara dia menggigit dan mengoyak kulit-kulitku, tapi, di lain sisi, aku juga bimbang. Ya, soal Rizev, entah berapa lama aku tak melihatnya setelah aku mengunjungi kawanan serigala hutan selatan bersama Troyc. Aku rasa dia marah, akhir-akhir ini setiap aku berkunjung ke daerahnya, dia lenyap entah kemana. Kucoba menelusuri tempat kesayangannya, bukit berangin kami, tapi ia tak juga ada disana. Hal ini membuatku dilema.
Troyc, vampir pejantan itu mungkin tak tahu apa yang sedang aku rasakan. Tentang Rizev dan tentang keluargaku. Aku hanya melihat ketulusan dari sorot mata biru tuanya. Aku merasa sangat nyaman disampingnya, dan aku lebih sangat berharap ia juga merasakan sama seperti yang aku rasakan.
***
Hai, aku Chitz, aku vampir tujuh belas tahun. Tepat seminggu sudah, aku menghilang dari hadapan Troyc dan juga Rizev. Aku dilema. Walaupun sebelumnya aku sudah menemukan Rizev, setelah kami berbicara panjang lebar, aku mengetahui tak ada yang salah dengannya. Dia tak marah padaku, tak juga pada Troyc. Tapi aku tahu, dua hari yang lalu Ia telah pergi ke La Push, nun jauh di belahan bumi selatan sana.
“Apa kau sudah gila?!” kataku waktu itu sambil menampar pipinya dengan kencang, hidungnya mengeluarkan darah.
“Maafkan aku Chitz, tapi aku memang harus pergi kesana”
“Kau cuma mengarang alasan Rizev. No, stay with me here!” aku tak terima. Rizev mencengkeram pergelangan tanganku, lain dari biasanya, rasanya panas, tanganku memerah.
“No, I’ll leaving you. Sungguh, maafkan aku Chitz. Mungkin Troyc bisa menggantikan aku.” Dan dia berlalu pergi. Entah sampai kapan dia akan kembali, tak ada perpisahan yang indah, sungguh, Rizev kejam sekali. Aku berjanji menyusulnya ke La Push suatu saat nanti, dan akan ku patahkan hidungnya!
Setelah kepergian Rizev, aku juga menghilang dari hadapan Troyc. Keluargaku, ya keluargaku mengetahui kedekatan kami. Bisa kau tebak, kami bertengkar, entah karena alasan apa, aku tidak memahaminya. Sekarang, giliran tulang rusuk sebelah kiriku yang remuk. Ditengah kesendirianku kini, aku cukup sedih, Troyc tak berusaha mencariku padahal aku sangat menginginkannya. Aku sendiri juga tak mengetahui pasti mengapa aku tahan untuk tidak menemuinya atau hanya sekedar mengiriminya message pada Twitpire. Aku menginginkanmu, aku haus darahmu.

Every time I think of you
I get a shot right through into a bolt of blue
It’s no problem of mine but it’s a problem I find
Living a life that I can’t leave behind
There’s no sense in telling me
The wisdom of a fool won’t set you free
But that’s the way that it goes
And it’s what nobody knows
And every day my confusion grows
I feel fine and I feel good
I feel like I never should
Whenever I get this way, I just don’t know what to say
Why can’t we be ourselves like we were yesterday?

to be continued................

You Might Also Like

0 komentar

Subscribe